"Anak-anak tahu bahwa mereka sedang dipantau oleh orang tua," kata Effendy Ibrahim, Internet Safety Advocate & Norton Business Lead Asia South Region, di Jakarta beberapa waktu yang lalu.
Solusi Norton adalah sebuah tool bernama OnlineFamily. Produk keluaran Norton itu bisa diunduh dari situs http://onlinefamily.norton.com. Tool ini tersedia gratis hingga 1 Januari 2010.
Dengan tool itu, orang tua bisa menentukan situs web mana yang tak boleh dikunjungi sang anak. Namun, tool ini secara pintar bisa juga menentukan situs mana yang cocok untuk si anak begitu orang tua memasukkan usia anaknya.
Sistem tool itu, menurut Effendy, akan memantau situs apa saja yang dapat diakses oleh si anak saban hari, dan membuatkan statistiknya. Pada tool bar di layar akan ada ikon yang memberi tanda bahwa orang tua sedang mengawasi mereka.
"Jadi, orang tua tak perlu diam-diam mengawasi karena justru akan menimbulkan persoalan begitu si anak tahu bahwa dia diam-diam sedang diawasi," kata Effendy.
Dengan tool itu, orang tua juga bisa mengatur berapa lama waktu untuk mengakses Internet atau memakai komputer. Bila waktunya tiba, komputer akan memberi notifikasi kepada si anak dan orang tua melalui e-mail.
Menariknya, bila si anak mencoba memasuki situs yang terlarang, di komputer akan muncul notifikasi lucu: "Oops I made a mistake, let me go back." Si anak bisa memilih opsi ini dan sistem akan mengeluarkan si anak dari situs tersebut.
Namun, bila si anak merasa bahwa dia perlu memasuki situs yang terlarang bagi umurnya, ada pula pilihan untuk mengirimkan pemberitahuan kepada orang tua. Maka, sistem akan menotifikasi orang tua melalui e-mail.
"Dengan begitu, akan ada interaksi. Inilah yang ingin dicapai oleh tool itu, yaitu interaksi yang erat antara anak dan orang tua," kata Effendy. "Selama ini anak-anak yang menghabiskan banyak waktu dengan komputernya cenderung jauh hubungannya dengan orang tua."
Statistik kegiatan si anak dengan komputernya, kata Effendy, dapat menjadi bahan pembicaraan antara orang tua dan anak. Dengan begitu, orang tua dan anak tidak akan kehabisan ide diskusi.
Sebuah survei yang dilakukan Symantec pada tahun lalu, kata Effendy, menemukan fakta yang cukup menarik. Komputer dan Internet, menurut survei yang dilakukan pada 6.000 responden di 12 negara itu, menjadi kebutuhan penting yang tak bisa ditinggalkan lagi.
Masalahnya, kebanyakan orang tua tak menyadari bahwa waktu online anak-anaknya ternyata dua kali lebih lama dari yang dipikirkan orang tua. Di sisi lain, risiko yang dialami anak saat online ternyata semakin besar saja.
Kabar baiknya, 90 persen orang tua (ada 2.000 responden orang tua dari 6.000 responden seluruhnya) sudah menyadari bahwa kehidupan online anak-anaknya harus dilindungi.
Tapi, menurut Effendy, tak semua kehidupan online itu dilakukan di rumah. Saat anak-anak online di luar, seperti warung Internet, sekolah, dan rumah teman, mau tak mau tameng yang efektif adalah tertanamnya nilai-nilai yang baik pada diri si anak.
Nilai-nilai baik dalam mengakses Internet itu bisa tertanam bila terjalin komunikasi yang intensif di antara kedua pihak. Di sisi lain, menurut Effendy, orang tua pun perlu memberi contoh kehidupan online yang sehat kepada anak-anaknya.
DEDDY SINAGA