"Saya fikir Google mengira pemerintah Cina akan fleksibel," kata Rob Enderle, analis Enderle Group seperti dikutip dari the Wallstreet Journal. "Sebagaimana sering ditemukan pada sikap pemerintah Amerika Serikat, fleksibilatas bukanlah suatu yang umum ditemukan di Cina sebagaimana ide orang barat mengenai hak-hak asasi manusia."
Google dan pemerintah Cina mencari titik temu mengenai mesin pencarian berbahasa Cina yang hasilnya disensor oleh pemerintahan setempat. Cina beralasan pemantauan akses komunikasi melalui internet diperlukan demi kemanan negara. Di lain pihak, server Google seringkali mendapat serangan dari Cina. Pada 12 Januari lalu Google mengumumkan adanya serangkaian serangan tersebut.
Dalam beberapa kali negosiasi, pemerintah Cina tetap menolak mencabut sensor hasil pencariannya. Padahal popularitas Google pangsa pasar terbesar dunia cyber ini terus merosot.
Dan Olds, analis dari The Gabriel Consulting Group, mengatakan, statmen terakhir Google akan meninggalkan Cina menunjukkan sulitnya tercapai kesepakatan antara kedua pihak. "Saya kira Google bertahan pada prinsipnya, untuk menolak sensor. Sensor dianggap bertentangan dengan kepercayaan mendasar mengenai kebebasan informasi," kata Olds.
Kepergian Google dari Cina dinilai menguntungkan pesaingnya, Microsoft. Perusahaan ini telah memastikan tetap bertahan di Cina sesuai aturan dari pemerintah setempat. While Enderle mengatakan Microsoft tak akan menderita banyak dengan bertahan sesuai aturan Cina.
Kamis lalu, Menteri Industri dan Teknologi Informasi Cina Li Yizhong mengatakan penolakan sensor dari Googleakan melanggar aturan. Pernyataan ini memunculkan anggapan pemerintah setempat akan menutup paksa Google.cn jika menghentikan sensor.
Sejak kasus ini terjadi, Google hanya bisa menguasai 36 persen pangsa pasar Cina. Mesin pencari lokal Baidu Inc mendominasi pasar sebesar 58 persen. Dengan meninggalkan Cina, maka Google juga meninggalkan sekitar 400 juta pengakses internet yang sebanyak 250 ribu per hari didominasi perusahaan lokal.
PURW | AFP | WALLSTREET JOURNAL