Empedu Menjadi Sinyal E-Coli Bertahan Hidup  

Reporter

Editor

Selasa, 6 April 2010 14:07 WIB

.

TEMPO Interaktif, Mintana - Peneliti dari Mintana State University dan University of New England menemukan kemampuan bakteri E-Coli mengubah prilaku dalam proses sekresi empedu di usus kecil. Perubahan prilaku ini memungkinkan bakteri penyebab sakit usus itu bertahan hidup.

"Kami menemukan empedu menyebabkan bakteri mematikan gen yang meningkatkan lampiran ketat pelindung sel inang. Empedu efektif mencegah bakteri menempel ke sel-sel epitel yang melapisi usus kecil," kata Dr Hamner dalam presentasi karyanya di pertemuan musim semi Society for General Microbiology di Edinburgh.

Temuan ini memungkinkan kita bisa melindungi makanan dari kontaminasi bakteri berbahaya, serta memahami bagaimana cara mereka menyebabkan sakit. Pada kondisi itu, bakteri bergerak melalui saluran pencernaan menuju usus besar dimana konsentrasi empedu menurun.

"Sedikitnya konsentrasi empedu di usus besar menjadi sinyal bagi bakteri mengaktifkan kemampuan mereka melekat ke sel epitel dan mempersiapkan diri mengeluarkan racun kembali," kata dia.

Diskresi empedu pada usus kecil merupakan antibakteri yang berpengaruh merusak membran bakteri dan DNA bakteri. Meskipun empedu adalah mekanisme pertahanan manusia, tapi Dr Hamner dan rekannya menemukan bakteri seperti Escherichia coli O157: H7 - suatu patogen yang bertalian dengan makanan penting - mampu bertahan dengan berevolusi.

Advertising
Advertising

Bakteri ini menggunakan sinyal kehadiran empedu sampai menemukan usus untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri untuk menyebabkan penyakit. Tim Dr Hamner menemukan empedu menyebabkan bakteri mengaktifkan gen yang meningkatkan penyerapan zat besi.

"Hal ini berguna dalam lingkungan tekanan kuat - seperti usus kecil – mereka bertahan dengan nutrisi penting bagi pertumbuhan bakteri. Dengan meningkatkan peluang menyerap zat besi, bakteri bisa memaksimalkan peluang kelangsungan hidupnya."

Mempelajari kemampuan bakteri yang lebih cenderung menempel pada sel-sel bisa membantu mengurangi dampak keracunan makanan. "Dengan belajar bagaimana bakteri melekat pada permukaan makanan seperti daun bayam atau menjadi tuan rumah jaringan seperti lapisan usus, kami berharap lebih dapat melindungi sumber-sumber makanan terkontaminasi bakteri ini. Belajar bagaimana bakteri ini berinteraksi dengan tuan rumah seperti pada manusia atau sapi bisa mengajar bagaimana mengganggu cara bakteri mengakibatkan penyakit, "kata Dr Hamner.

SCIENCEDAILY | PURW

Berita terkait

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

2 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

19 hari lalu

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.

Baca Selengkapnya

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

32 hari lalu

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

Beberapa titik bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman dan bakteri di kantor sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihan diri setelah menyentuhnya.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

36 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

36 hari lalu

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

Anak penderita TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.

Baca Selengkapnya

Bekukan Celana Jins untuk Usir Bakteri dan Bau tanpa Dicuci, Mitos atau Fakta?

27 Februari 2024

Bekukan Celana Jins untuk Usir Bakteri dan Bau tanpa Dicuci, Mitos atau Fakta?

Membekukan celana jins di dalam freezer diklaim bisa membuatnya segar dan bebas bau tak sedap tanpa perlu dicuci. Bagaimana faktanya?

Baca Selengkapnya

Bikin Tubuh Kesulitan Menyerap Nutrisi dari Makanan, Kenali Penyakit Whipple

25 Februari 2024

Bikin Tubuh Kesulitan Menyerap Nutrisi dari Makanan, Kenali Penyakit Whipple

Penyakit Whipple mengganggu pencernaan normal dengan mengganggu pemecahan makanan dan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FK UI Erlina Burhan Tawarkan SIG untuk Deteksi Kasus Aktif Tuberkulosis di Indonesia

21 Februari 2024

Guru Besar FK UI Erlina Burhan Tawarkan SIG untuk Deteksi Kasus Aktif Tuberkulosis di Indonesia

Erlina Burhan paparkan bahasan penanganan tuberkulosis di pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar FK UI. Ia tawarkan SIG untuk deteksi TB.

Baca Selengkapnya

Cara Efektif Mencegah dan Mengobati Radang Tenggorokan pada Anak

17 Februari 2024

Cara Efektif Mencegah dan Mengobati Radang Tenggorokan pada Anak

Seperti COVID 19, radang tenggorokan bisa menular melalui droplet.

Baca Selengkapnya

Jangan Biarkan SIkat Rambut Jadi Sarang Bakteri, Bersihkan dengan Cara Berikut

30 Januari 2024

Jangan Biarkan SIkat Rambut Jadi Sarang Bakteri, Bersihkan dengan Cara Berikut

Sikat rambut yang dipakai berkali-kali setiap hari bisa menjadi sarang bakteri, jamur, ketombe, dan minyak sehingga harus rutin dicuci.

Baca Selengkapnya