Awas, Spam Berbahaya Meningkat Drastis  

Reporter

Editor

Selasa, 23 November 2010 19:10 WIB

aplus.net
TEMPO Interaktif, Jakarta - Waspadai bila Anda masih banyak menerima e-mail-e-mail sampah. Sebuah penelitian dari Kaspersky Lab menemukan bahwa angka e-mail sampah alias spam yang disertai lampiran berbahaya meningkat dua kali lipat pada kuartal ketiga tahun ini. Peningkatannya adalah rata-rata 4,6 persen, dibandingkan kuartal kedua sebesar 1,9 persen.

Pada awal kuartal ketiga 2010 persentase lampiran berbahaya pada lalu lintas e-mail telah mencapai 6,3 persen. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kaspersky menganalisa ini terjadi lantaran pembuat spam mulai bekerjasama satu sama lain..

Jenis pesan yang umum adalah pemberitahuan palsu dari jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter maupun Windows Live, MySpace, dan sejumlah toko daring yang populer. Tautan dalam pemberitahuan tersebut mengarahkan korban ke layanan pembuat spam yang mengunduh Bredolab backdoor ke komputer pengguna dan kemudian digunakan untuk mengunduh Trojan lainnya.

“Kenaikan volume dan kualitas dari pesan massal berbahaya menegaskan bahwa spammer dan penjahat dunia maya sudah mulai bertindak bersama-sama dalam menciptakan strategi infeksi yang kompleks, seperti menghubungkan komputer korban ke botnet, mengirimkan spam, mencuri informasi pribadi dan sebagainya,” kata Darya Gudkova, Head of Content Analysis & Research di Kaspersky Lab, dalam siaran pers hari ini.

Secara keseluruhan, jumlah spam pada kuartal ketiga menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dengan rata-rata 82,3 persen. Pengguna melihat lebih sedikit spam di kotak surat mereka pada bulan September, dengan persentase penurunan sebesar 1,5 poin dibandingkan bulan Agustus.

Hal ini disebabkan oleh penutupan lebih dari 20 pusat kontrol yang digunakan oleh The Pushdo/Cutwail botnet yang bertanggung jawab untuk sekitar 10 persen spam di seluruh dunia. Ancaman yang ditimbulkan oleh botnet ini bukan hanya semata-mata volume spam yang didistribusikan tetapi juga kaitannya dengan penyebaran program-program jahat, seperti Zbot (ZeuS) dan TDSS. Ketika pusat komando botnet ditutup, sejumlah besar bots menghentikan penyebaran spam.

Penutupan lainnya yang dilakukan pada kuartal ketiga diprakarsai oleh para pembuat spam itu sendiri ketika program kemitraan SpamIt menghentikan operasinya. Program kemitraan tersebut bertanggung jawab atas sejumlah besar spam yang berhubungan dengan dunia farmasi. Website program tersebut (Spamit.biz dan Spamit.com) memposting beberapa alasan penutupan tersebut seperti “daftar panjang kejadian negatif selama setahun terakhir dan peningkatan perhatian yang diberikan pada operasional program kemitraan ini.”

“Penutupan suatu program kemitraan – bahkan program yang besar – hanya akan mengakibatkan penurunan sementara dalam jumlah iklan Viagra dalam inbox kita; para spammer tidak akan meninggalkan bisnis yang menguntungkannya,” kata Darya Gudkova. “Kebanyakan penyelenggara program kemitraan hanya akan membuka program baru yang akan, untuk sementara, tetap berada di bawah radar vendor anti-spam dan lembaga penegak hukum.”

DEDDY SINAGA

Berita terkait

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

23 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

24 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

24 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

28 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

29 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

31 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

32 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

32 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

34 hari lalu

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

35 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya