Mengapa Emisi Karbon Dunia Harus Ditekan?  

Reporter

Senin, 26 November 2012 14:10 WIB

ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Doha - Emisi gas rumah kaca telah melewati ambang batas terburuk yang dapat dihindari dari dampak pemanasan global. Angka ini, menurut laporan tahunan ketiga Perserikatan Bangsa-Bangsa, terus meningkat sepanjang tahun.

Sejumlah negara sebelumnya telah berkomitmen untuk membalikkan tren ini dengan menurunkan laju emisi karbon mereka. Namun, laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) menunjukkan, kesenjangan antara komitmen dan upaya pengurangan emisi untuk membatasi pemanasan global sebesar 2 derajat Celsius pada 2020 terus melebar.

"Kami memiliki kurang dari satu tahun untuk menutup kesenjangan tersebut," kata Niklas Hohne, salah seorang penulis utama laporan UNEP, Senin, 26 November 2012. Laporan terbaru UNEP dirilis tak lama sebelum konferensi perubahan iklim digelar mulai hari ini di Doha, Qatar.

Pembatasan pemanasan global di kisaran 2 derajat pada 2020 disepakati para negosiator internasional dalam pertemuan di Kopenhagen, Denmark, pada 2009. Usai pertemuan itu, beberapa negara menyatakan berkomitmen untuk memotong emisi mereka. Amerika Serikat, misalnya, berjanji untuk menurunkan emisi sekitar 17 persen di bawah angka emisi pada 2005.

Namun, janji manis hanya sebatas di mulut. Negara-negara yang berkomitmen tiga tahun lalu itu tidak pernah melakukan perubahan signifikan untuk mewujudkan janji mereka.

Lalu, mengapa angka yang dipatok adalah 2 derajat? Laporan UNEP menyebutkan bahwa tingkat emisi gas rumah kaca pada 2020 sebaiknya tidak lebih dari 44 gigaton. Padahal, untuk tahun 2010, mengacu data terbaru, laporan mencatat emisi sudah di angka 49 gigaton. Jika tidak ada tindakan cepat, emisi akan cenderung meningkat dan mencapai 58 gigaton pada 2020.

"Kalaupun semua negara mulai tahun ini memenuhi janji untuk menurunkan emisi karbon, angkanya masih akan berada di level 52 gigaton," demikian tertulis dalam laporan tersebut. Capaian itu masih meninggalkan selisih 8 gigaton, 2 gigaton lebih banyak ketimbang perhitungan UNEP tahun lalu.

Laporan itu juga mencatat laju emisi karbon tahun ini jauh lebih cepat dari perkiraan pertumbuhan 2009-2010 setelah krisis ekonomi. Ini terjadi lantaran tingginya kegiatan ekonomi yang berdampak langsung pada terpacunya produksi gas rumah kaca. "Kondisi keuangan tiap negara juga berkontribusi," demikian bunyi laporan itu.

Sebelum laporan UNEP, Bank Dunia merilis penilaian tentang masa depan bumi jika tidak ada tindakan untuk mengurangi laju emisi karbon. Rata-rata suhu permukaan bumi diperkirakan naik sebesar 3 derajat Celsius atau lebih. Kondisi ini akan menyebabkan berbagai dampak yang ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan parah, dan banjir besar di berbagai daerah.

"Efek yang ditimbulkan sangat mengerikan, terutama bagi penduduk di negara-negara miskin," tulis laporan Bank Dunia.

Namun, ada kabar baik yang menyertainya. Laporan UNEP menyebutkan para ilmuwan telah menemukan cara untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik dan sektor transportasi di seluruh dunia hingga 17 gigaton. "Jika ini benar terjadi, kita akan berada di jalur target 2 derajat," kata Yusuf Alcamo, kepala ilmuwan dari UNEP.

Masa depan bumi akan ditentukan dalam pertemuan yang dihadiri perwakilan dari hampir 200 negara. Sekretaris Eksekutif Badan Perubahan Iklim PBB, Christiana Figueres, mengatakan, perwakilan negara yang mengikuti konferensi perlu segera mengambil tindakan untuk mengerem laju emisi karbon hingga ke level terendah.

"Ini berarti mengamandemen Protokol Kyoto serta mengembangkan visi yang jelas tentang cara mengatasi gas rumah kaca secara global sebelum dan sesudah tahun 2020," katanya menanggapi laporan terbaru UNEP.

MAHARDIKA SATRIA HADI | PELBAGAI SUMBER

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

2 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

2 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

14 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

14 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

14 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

19 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

25 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya