Seorang pria menunjukan kotak ponsel Apple iPhone 5S yang baru dibelinya di Tokyo (20/9). Ia telah mengantri untuk pembelian ini sejak 10 September lalu. REUTERS/Toru Hanai
TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan penggemar Apple antre di depan Apple Store di tiga kota: Sydney, Tokyo dan New York, Jumat, 20 September 2013 lalu. Mereka semua ingin mendapatkan ponsel iPhone 5S dan 5C. Utamanya, pengantre merupakan pemburu iPhone 5S. Gadget itu tidak tersedia untuk sistem pre-order.
"Kemungkinan banyaknya antrean ini dikarenakan tidak tersedianya pre-order untuk 5S. Kami percaya para pengantre ini setia pada iPhone. Prodik kami tetap kuat," ujar Brian Marshall dari ISI Group, Jumat, 20 September 2013.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Piper Jaffaray, seorang analis, menemukan bahwa ada 416 pembeli antre di Apple Store di New York. Sebanyak 95 persen dari mereka membeli iPhone 5S. Sebenarnya, seri 5S tersedia dalam tiga pilihan warna, yaitu emas, perak, dan abu-abu. Akan tetapi, warna emas sudah lebih dulu habis terjual sejak hari Jumat itu. Apple mengatakan akan kembali mendistribusikan iPhones 5S emas bulan Oktober mendatang.
Apple barangkali sukses memasarkan iPhone 5S. Namun, keberhasilan penjualan iPhone sangat kontras dengan nasib saham Apple yang kemarin masih anjlok satu persen. Saham Apple sempat naik sekitar US$ 478 per lembarnya di Nasdaq. Namun, kembali turun satu persen menjadi US$ 457.
Penurunan saham Apple ini dikarenakan investor yang masih menunggu Apple menurunkan harga iPhone 5C. Mereka menganggap, harga ponsel plastik ini masih terlalu tinggi untuk bersaing dengan ponsel pintar lain yang lebih murah. Investor masih ingin memantau angka penjualan Apple hingga awal minggu depan.
