Studi: Teknologi Wearable Ubah Perilaku Manusia  

Reporter

Kamis, 18 September 2014 18:37 WIB

Tampilan layar analisa ekspresi wajah dan emosial serta usia dari kacamata Google Glassware yang dikembangkan oleh ilmuwan Jerman dibawah naungan Fraunhofer Institute. (dailymail)

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda merasa sedang diawasi lewat kamera CCTV serta banyak gawai berkamera yang tersebar di mana-mana? Mungkin jawabannya iya. Apalagi sekarang ada teknologi wearable, seperti Google Glass.

Seorang pakar psikologi bernama Tom Foulsham tergelitik untuk meneliti hubungan antara teknologi dan kehidupan pribadi. "Apakah teknologi mengubah perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari?" tulisnya dalam The Conversation baru-baru ini.

Foulsham mengatakan para peserta penelitiannya mengubah perilaku mereka saat merasa sedang direkam. Dalam sebuah tes psikologis, dia menulis, para peserta sadar bahwa mereka sedang diawasi, baik lewat kamera pengintai, komputer, maupun pendeteksi elektrode.

Dalam kondisi tersebut, apakah para peserta penelitian akan berperilaku sama seperti berkegiatan setiap hari? Foulsham menulis, sebagian besar menunjukkan hasil positif. Meski begitu, dengan beberapa cara lanjutan, akan ketahuan siapa yang berbohong.

Penelitian ini menggunakan perangkat eye-tracking, semacam Google Glass, yang dipasang pada peserta penelitian. Kemudian orang itu ditinggalkan sendiri di ruangan yang menampilkan gambar wanita berbusana tipis dengan kamera pengintai di balik gambar itu. (Baca juga: Google Glass Mulai Dijual Tahun Ini)

Hasilnya, secara sadar orang tak akan melihat gambar itu saat menggunakan eye-tracking. Berbeda dengan saat alat itu dilepas: orang akan mengamati gambar tersebut dengan saksama.

Para peserta penelitian yang sadar sedang diamati langsung mengubah perilaku mereka. Hal ini memperkuat asumsi bahwa seseorang tak akan bersikap lepas begitu saja saat dia merasa sedang dilihat oleh orang lain. Adapun teknologi pengawasan saat ini sudah bertebaran di mana-mana.

Penelitian dipimpin oleh Eleni Nasioupolous dan Alan Kingstone dari University of British Columbia dengan anggota Evan Risko dari University of Waterloo, Kanada, dan Tom Foulsham sendiri.

Seperti dikutip dari British Journal of Psychology, hasil lain menunjukkan bahwa adaptasi tiap-tiap terhadap eye-tracking berbeda. Rata-rata para peserta penelitian akan kembali bertindak normal dan tak merasa sedang diawasi setelah 10 menit memakai eye-tracking. Kemudian mereka melihat kalender dengan gambar wanita berbusana tipis itu.

Meski begitu, saat peserta diingatkan bahwa mereka sedang memakai eye-tracking dan kembali merasa sedang diawasi, mereka kembali mengubah perilaku. Mereka melepaskan pandangan dari kalender dan bersikap seperti tak ada apa-apa.

Penelitian ini, tulis Fouslham, menunjukkan bahwa pengguna teknologi dapat dengan mudah membuat orang lupa bahwa dia sedang diawasi dan kemungkinan besar dapat melanggar privasi orang lain.



AMRI MAHBUB




Berita Lain:
Indonesia Cukur Timor Leste 7-0 di Asian Games
Jadwal Beracun buat Chelsea
Pekan Keempat, Liga Premier Masih Milik Chelsea

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

8 jam lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

5 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

45 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

46 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

46 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya