TEMPO.CO, Jakarta - Kevin Nizam Nabila merupakan mahasiswa asal Jember pertama yang bekerja di pabrik Gigafactory Tesla di Jerman. Sejak di duduk di bangku SMA, pria kelahiran 7 April 1997 ini mengaku sudah tertarik dengan dunia otomotif.
Lulus dari SMA 1 Sidoarjo, Kevin memutuskan tak langsung kuliah. Dia memilih untuk les bahasa Jerman guna melanjutkan S1 di sana. Kevin memilih Jerman karena merupakan salah satu negara produsen otomotif terbesar di dunia.
Pada 2015 setelah lulus SMA, dia pergi ke Jakarta dari rumahnya di Surabaya untuk belajar bahasa Jerman. Selama kurang lebih tujuh bulan, Kevin belajar di salah satu lembaga kursus bahasa hingga mendapat sertifikat.
Setelah mendapat sertifikat bahasa, Kevin mendaftar S1 di University of Applied Science Brandenburg, Jerman jurusan Wirtschaftsingenieurwesen Vertiefung im Elektrotechnik atau Teknik Elektro dan Manajemen.
Sebelum kuliah, Kevin mengambil kelas persiapan atau studienkolleg selama setahun di kampus tersebut di Kota Wismar. Di sana, dia tak hanya belajar bahasa melainkan juga belajar materi persiapan untuk masuk kuliah.
Magang di Mercedes-Benz
Usai menjalani kelas persiapan, Kevin punya waktu luang sekitar dua bulan sebelum masa perkuliahan dimulai. Saat itu, Kevin mendaftar program magang di Mercedez-Benz melalui website resminya. Tak lama mendaftar, Kevin pun dinyatakan diterima. Selama satu bulan dia magang di Mercedes-Benz di kota Rastaat. “Di sana aku menangani dua jenis mobil Mercedes A-Class dan B-Class,” ujarnya kepada Tempo.
Selesai magang, Kevin menjalani perkuliahan pada September 2017. Di awal kuliah, Kevin mengaku sempat kesulitan memahami materi. Semua materi yang disampaikan oleh dosen menggunakan bahasa Jerman. Meski kesulitan, Kevin tak pernah menyerah. Usai kelas berakhir, dia kerap mendatangi dosennya untuk bertanya kembali mengenai materi yang disampaikan.
“Kadang kalau ada yang belum jelas, aku samperin dosen untuk bertanya. Mereka memaklumi karena di sana juga banyak mahasiswa asing dan senang jika ada mahasiswa yang bertanya,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, Kevin sudah mulai terbiasa mengikuti perkuliahan. Kevin kerap berdiskusi dengan teman-temannya mengenai materi kuliah. Dia bergaul dengan mahasiswa asal Jerman agar keahlian bahasanya semakin terasah. Selama kuliah, Kevin juga aktif di organisasi. Bersama kawan-kawannya, Kevin mendirikan sebuah organisasi perkumpulan mahasiswa jurusan Wirtschaftsingenieurwesen se-Jerman.
Kuliah tanpa beasiswa, Kevin tak mau mengecewakan orang tuanya. Dia mengatakan sejumlah teman-temannya ada yang sampai keluar kuliah di tengah semester karena tak bisa mengikuti materi dengan baik. Kevin tak mau menyia-nyiakan waktunya. Dia kerap belajar dan mengulang lagi materi yang diberikan. Akhirnya Kevin lulus tepat waktu pada 2021.
Mahasiswa Indonesia Pertama Kerja di Tesla
Usai lulus, Kevin mencoba mendaftar ke Tesla dengan mengirimkan CV serta esai. Dalam esainya, Kevin bercerita sejauh mana pengalamannya berhubungan dengan posisi yang dilamar. Saat itu, pabrik Tesla belum mendapat izin dari Pemerintah Jerman. Pabrik itu baru mendapat izin pada Maret 2022. Sambil menunggu panggilan kerja, Kevin berniat untuk melanjutkan S2 di kampus yang sama.
Di saat bersamaan ketika perkuliahan dimulai, Kevin mendapat panggilan dari Tesla pada September 2021. Dia pun mengikuti serangkaian tes. “Wawancara pertama by phone. Beruntung saya terpilih lagi mengikuti interview,” ujarnya.
Wawancara kedua dilakukan secara tatap muka. Kevin juga di tes mengenai tentang dasar-dasar elektro dan produksi mobil. Kevin meyakini dia dapat melewati serangkaian tes dengan baik. Apalagi, sebelumnya dia sudah pernah magang di Mercedes.
Tak lama, Kevin pun mendapat kabar bahwa dirinya lolos seleksi. Namun, dia masih harus menunggu kontrak kerja. “Sempet lama banget menunggu kontrak sekitar tujuh bulan. Sebelum puasa awal April 2022 Alhamdulillah kontrak datang dan mulai kerja sejak 16 Mei 2022 lalu,” ujarnya. Kevin mengatakan dia dikontrak dengan status sebagai karyawan tetap.
Posisi Kevin sendiri di Tesla sebagai junior production engineer yang memiliki tanggung jawab dalam manufaktur serta mengoprasikan robot produksi. Dia juga menjaga kualitas produksi Mobil Tesla model Y. “Bangga bisa menjadi pegawai Tesla apalagi baru Kevin orang Indonesia pertama di sini,” ujarnya.
Atur Waktu, Bentrok dengan Kuliah
Jam kerja Kevin dibagi menjadi dua shift, pagi dari pukul 7.00 -15.00 dan sore pukul 15.00-23.00. Jam kerjanya otomatis bentrok dengan jadwal kuliah. Apalagi, perkuliahan di sana sudah dilakukan secara tatap muka. Jika masuk shift pagi, Kevin terpaksa bolos kuliah. “Kalau dapat shift sore, masih bisa ikut kuliah. Tapi, kalau shift pagi otomatis bentrok dengan jadwal kuliah,” ujarnya.
Kevin paham pekerjaannya akan mempengaruhi kuliahnya. Kevin harus pintar-pintar membagi waktu. Setelah pulang kerja, dia selalu membaca materi kuliah agar tak ketinggalan pelajaran. “Di sana absensi enggak wajib. Yang penting kita sering-sering buka modul dan mengerjakan tugas dan ikut ujian. Baca e-mail dari dosen ke grup kelas itu enggak boleh dilewatin,” ujarnya.
Berharap Bisa Berkontribusi Bagi Indonesia
Ke depan, dia berharap bisa berkontribusi bagi Indonesia setelah menjadi ahli di Tesla. Kevin ingin mencoba mengambil program lanjutan dari perusahaan untuk menjadi tenaga ahli di bidang baterai mobil listrik.
Kevin mengatakan dibutuhkan kolaborasi perusahaan luar negeri dan tenaga ahli untuk mengembangkan industri di Indonesia, selain menambahkan anggaran untuk riset di bidang teknologi. Dia pun berpesan agar para mahasiswa tak pantang menyerah mengejar cita-cita . “Imbangi usaha kamu dengan pendekatan diri ke Tuhan,” katanya.
Baca juga: Kisah Nisa, Anak Satpam yang Raih S2 di UK Setelah 7x Gagal Dapat Beasiswa