TEMPO.CO--Gerhana bulan yang terjadi pada 28 September 2015 menyedot perhatian terutama masyarakat Eropa dan Amerika. Bulan akan terlibat berwarna merah darah, dan kelihatan indah, atau kalau percaya pada makna di baliknya, justru terlihat menakutkan.
Sebagian orang melihat itu sebagai tanda-tanda kiamat. Pada kejadian bulan darah sebelumnya juga seraing dihubungan dengan bencana alam atau peperangan yang muncul pada tahun saat gerhana bulan itu terjadi.
Baca juga:
Bulan Darah, 28 September Kiamat? Resah, Ini Kata Gereja
Bulan Darah 28 September 2015, Inilah yang Bikin Menakutkan
Tapi apa sebetulnya yang terjadi pada gerhana bulan kali ini? Setidaknya ada 3 hal langka yang terjadi-- karena peristiwa ini hanya berulang untuk sekian tahun kemudian. Bulan berwarna darah yang terakhir muncul pada 1982 dan baru akan datang lagi pada 2033.
Pertama, gerhana kali ini terjadi pada saat super-moon, yakni ketika bulan berada pada jarak terpendek dengan bumi. Akibatnya bulan akan tampak lebih terang dan besar. Saat gerhana, peristiwa ini menghasilkan cahaya kemerahan dan di sekitar bulan agak gelap. Bulan akan melayang masuk ke dalam bayangan paling gelap bumi. Peristiwa ini dikenal sebagai gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini hanya bisa disaksikan di Amerika, Eropa, dan Afrika.
Baca juga:
Seru, Ketika Happy Salma Nikah Siri, dan Olga Lydia...
Kecaman Keras Rachmawati: Saya Sudah Bilang, Jangan Jokowi
Kedua, walaupun berada di dalam bayang-bayang bumi tak membuat bulan menghilang dari pandangan. Umbra--bayangan paling gelap bumi--ini sejatinya tak benar-benar gelap. Wilayah berbentuk kerucut ini masih disinari cahaya berwarna merah temaram. Cahaya merah ini merupakan sinar matahari yang dipendarkan atmosfer bumi dan merambat ke dalam kerucut bayangan bumi. Warna merah temaram yang jatuh ke permukaan bulan ini lah yang menciptakan fenomena bulan merah darah.
"Warna merahnya sangat indah, seperti warna kelopak mawar. Apel juga berwarna merah. Tapi bagi sebagian orang menyebutnya warna merah darah," ujar ahli astronomi dari American Museum of Natural History, Neil deGrasse Tyson.
Selanjutnya ketiga...