TEMPO.CO, Bandung - Riset terbaru tentang sesar atau patahan Lembang di Bandung ternyata ikut merujuk ke cerita legenda Sangkuriang. Rujukan itu untuk mencari jawaban; kapan sesar yang kini masih aktif bergerak itu menghasilkan gempa besar terakhir kali.
Salah seorang peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung, Mudrik R. Daryono mengatakan, tim sengaja mencari ke legenda Sangkuriang untuk mengais catatan sejarah kegempaan di sekitar Bandung. Umumnya sejarah kegempaan di Indonesia berasal dari catatan penjajah. “Sebelum tahun 1600-an tidak ada catatannya, sesar Lembang juga nihil,” katanya kepada Tempo di Aula Timur ITB, Senin, 19 Oktober 2015.
Ketika catatan dan hasil riset kegempaan tidak ada, peneliti mencari data riwayat pendukung ke cerita rakyat atau legenda. Cerita legenda Sangkuriang sendiri, kata Mudrik, belum bisa diperkirakan awal munculnya.
Dari legenda Sangkuriang, kata Mudrik, ada cerita tentang Sangkuriang yang memotong pohon dan tumbang dalam sehari, kemudian muncul danau-danau kecil hingga sungai-sungainya terbendung. Lalu ada semacam pohon besar yang tumbang, arahnya dari Bukit Tunggul ke Gunung Burangrang.
Berdasarkan hasil analisis citra yangmereka teliti, di sebelah sisi timur sesar itu berupa satu garis atau single foot line. Lalu di sisi barat sesar sekitar daerah Muril, Gunung Burangrang, terjadi percabangan dengan banyak retakan. “Artinya ada indikasi cerita legenda Sangkuriang itu berhubungan dengan kejadian gempa yang sebelumnya,” ujar Mudrik.
Hasil lain riset terbaru itu, panjang sesar Lembang sejauh 29 kilometer dari dekat jalan tol Padalarang di ujung barat hingga ujung timurnya sebelum Gunung Manglayang. Sesar aktif itu bergerak dengan kecepatan lamban, 3 sampai 5,5 milimeter per tahun. Andai suatu waktu seluruh segmen atau bagian sesar itu bergerak dengan pola geser mengiri sepanjang 29 kilometer, potensi gempanya berskala magnitudo 6,5 sampai 7. “Sejauh ini kami meyakini pernah terjadi gempa besar dari patahan Lembang,” ujarnya.
Fokus tim peneliti kini mencari kapan gempa terakhir terjadi dari sesar Lembang. Mereka telah melakukan uji coba paritan paleoseismologi di dua lokasi di sekitar bukit Batu Lonceng. Dimensi paritnya selebar 2,5 meter sepanjang 23 meter. “Dari galian itu mengindikasikan ada bukti retakan permukaan,” katanya. Waktu peristiwa dari lapisan tanah di lubang galian itu akan diuji dengan carbon dating.
ANWAR SISWADI
Baca juga:
Kalla Mau Evaluasi KPK, Terlalu Banyak Tangkap Orang?
PDIP Siaga, PAN Diajak Bicara: Ada Reshuffle Kabinet?