Hasil riset yang dipublikasikan pada akhir pekan lalu itu mengajukan sejumlah bukti regional tambahan atas studi sebelumnya. Dalam penelitian lama itu, para ilmuwan menemukan bahwa letusan gunung berapi besar, seperti Krakatau pada 1883 dan Huaynaputina (Peru) pada 1600, berkontribusi terhadap pendinginan global.
Tim tiga ilmuwan yang dipimpin oleh Rosanne D'Arrigo dari Lamont-Doherty Earth Observatory di Palisades, New York, itu meneliti temperatur Samudra Hindia dan Pasifik pada sabuk yang membentang dari 30 derajat ke arah utara dan selatan dari khatulistiwa. Mereka mengumpulkan catatan temperatur selama hampir separuh milenium dari tiga sumber: inti es, lingkaran tahun pada pohon, dan terumbu karang.
Mereka menemukan bukti bahwa periode pendinginan permukaan laut terpanjang, yang diukur sampai kedalaman satu meter, terjadi pada awal 1800-an. Peristiwa itu terjadi setelah meletusnya Gunung Tambora di Pulau Sumbawa.
Tambora meletus pada 1815. Menurut US Geological Survey (USGS), letusan itu tercatat dalam sejarah sebagai erupsi terbesar yang menyemburkan magma sekitar 50 kilometer kubik. "Ada hubungan yang jelas antara letusan gunung terdahsyat pada garis lintang terendah dan penurunan temperatur permukaan laut pada tahun-tahun berikutnya," kata D'Arrigo. "Kami menyimpulkan hubungan ini menyoroti sensitivitas temperatur daerah tropis dengan jumlah sinar matahari yang mencapai permukaan bumi."
Meski demikian, hubungan antara aktivitas vulkanik dan mendinginnya permukaan laut semakin melemah pada abad ke-20. "Diperkirakan, hal itu terjadi sebagai dampak pemanasan global dari pembakaran bahan bakar fosil," tutur D'Arrigo.
TJANDRA DEWI | AFP