TEMPO Interaktif, Melbourne - Setelah lebih dari 700 orang menjadi korban dan wabahnya yang meluas di dunia, termasuk Indonesia, gelombang perlawanan terhadap flu babi mulai bermunculan. Dari Australia dikabarkan bahwa dua perusahaan bioteknologi di sana, CSL dan Vaxine, telah melangkah ke tahap uji klinis vaksin flu itu.
CSL diberitakan telah menyuntikkan kandidat vaksinnya itu kepada 240 manusia dewasa sehat yang menjadi sukarelawan di Royal Adelaide Hospital sejak Rabu lalu. Mereka, yang dibayar Aus$ 400 untuk menjadi kelinci percobaan, dibagi ke dalam dua kelompok yang masing-masing mendapat sekali suntikan atau dosis dan dua kali.
Harapannya, jika sekali suntikan saja sudah cukup memberi efek perisai pada tubuh terhadap serangan infeksi virus flu baru itu, vaksin bisa langsung dipasarkan. "Data fundamental yang dicari oleh kami dan orang lain di dunia adalah respons kekebalan tubuh terhadap penyuntikan vaksin yang pertama dan kedua," ujar Andrew Cuthbertson, Direktur Riset dan Pengembangan CSL.
Para pakar di perusahaan biofarmasi yang berbasis di Melbourne itu butuh sekitar tujuh bulan untuk merampungkan proses uji klinis tersebut sebelum beranjak mengujinya kepada sukarelawan, yang terdiri atas 400 anak. Tapi, Cuthbertson mengatakan, per September sudah akan ada cukup data bagi pemerintah Australia jika ingin mulai merencanakan pendistribusian vaksin pada Oktober.
Perusahaan ini memang telah mendapat kontrak dari pemerintah setempat untuk menyuplai 21 juta dosis vaksin flu babi. Di Australia, per pekan lalu, angka kasus positif flu babi sudah mencapai 14.703 dengan 41 di antaranya meninggal. "Kami memiliki vaksin khusus yang kami yakini mampu melindungi jutaan manusia dari turunan baru flu H1N1 ini (H1N1/09)," kata Cuthbertson.
Keyakinan Cuthbertson bahkan membuatnya berani menyatakan akan menyuplai pula kebutuhan di luar Australia. "Tapi kami akan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, setelah itu baru negara lain di dunia," katanya.
Juru bicara perusahaan CSL, Rachel David, meyakinkan Menteri Kesehatan Australia Nicola Roxon bahwa vaksin itu aman dan efektif. "Tidak ada tambahan risiko keselamatan untuk mendistribusikannya pada September atau Oktober," katanya.
Karena flu yang ditimbulkannya yang kebanyakan ringan saja dan proses pemulihan korbannya yang cepat, Rachel menjelaskan, vaksinnya pun mirip vaksin flu musiman biasa. Perbedaannya, vaksin baru mengandung satu turunan flu babi, sedangkan vaksin flu musiman berisi tiga turunan influenza. "Profil keselamatan dari vaksin ini akan sangat mirip vaksin normal yang musiman," ujar Cuthbertson.
Berbeda dengan Cuthbertson dan kawan-kawannya di CSL yang sangat percaya diri, Nikolai Petrovsky, Direktur Riset Vaxine, memilih menunggu hingga pengujian rampung untuk memastikan keampuhan vaksin yang dikembangkannya. Di perusahaan farmasi kecil berbasis di Adelaide itu, uji klinis melibatkan 300 sukarelawan dewasa.
Kondisi saat ini di Australia yang bertepatan dengan puncak musim dingin, yang biasa ditandai dengan mewabahnya flu musiman, membuat Petrovsky tak mau takabur. "Tidak ada jaminan kalau di antara vaksin-vaksin ini nantinya akan ada yang efektif," katanya sambil menambahkan, "virus flu babi adalah makhluk yang ganjil, sangat berbeda dengan virus flu yang biasa kami hadapi."
Marie-Paule Kieny, direktur inisiatif untuk riset vaksin di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyatakan seluruh dunia ikut memantau hasil imunogenisitas dari uji klinis pertama vaksin flu babi itu. "Hasil dari Australia ini sepertinya akan menjadi indikasi tentang kesuksesan kandidat vaksin lainnya," katanya.
Novartis yang berpusat di Swiss, Sanofi-Aventis di Amerika Serikat, dan GlaxoSmithKline di Inggris juga berencana memulai uji klinis dalam beberapa pekan ke depan. David Low, analis layanan kesehatan di Deutsche Bank AG, Sydney, mengatakan bahwa kebanyakan perusahaan biofarmasi itu sudah memiliki pesanan untuk menyuplai vaksin. "Jadi menjadi yang pertama melangkah ke uji klinis kemungkinan lebih kepada perang relasi kepada publik ketimbang yang lainnya," katanya.
Wuragil | Nature | Healthday | Time | Canberra Times