Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menyulap Sampah Menjadi Gas Masak

image-gnews
Alat berat mengeruk sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, kota Bekasi, Jawa Barat. TEMPO/Zulkarnain
Alat berat mengeruk sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, kota Bekasi, Jawa Barat. TEMPO/Zulkarnain
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Bagi Muhammad Fatah Wiyatna, sampah adalah berkah. Layaknya pemulung, dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung, ini memilah limbah domestik dan memasukkan sampah organik ke bak khusus. Simsalabim! Kompornya menyala. Zonder listrik atau tabung elpiji. Murni dari sampah.

Sejak menciptakan mesin penghasil gas dari sampah tiga tahun lalu, rumah Fatah di Griya Taman Lestari, Sumedang, Jawa Barat, tak lagi perlu elpiji. Mesin bertajuk Biomethagreen itu juga menyulap sampah jadi setrum untuk penerangan jalan kompleks.

"Prosesnya sederhana," ujar Fatah, 41 tahun. Sebagai prototipe, dia membuat bak sampah kedap udara dari beton berukuran 3 meter kubik. Mulut bak terbuat dari serat kaca sehingga panas masuk dan meningkatkan suhu di dalam. Sampah yang digunakan harus terdiri atas bahan organik atau berasal dari makhluk hidup, seperti sisa makanan, daun, dan kertas. Untuk mempercepat pembusukan dan menghasilkan gas, yang berjenis metana (CH4), dia menambahkan tiga bakteri anaerob.

Dalam tempo maksimal tiga pekan, sampah itu punah dan menghasilkan metana. Gas ditampung dalam balon plastik, lalu dialirkan ke kompor lewat semacam alat peniup. Karena gas ini berbeda dengan elpiji, pipa kompor perlu diganti dengan paralon berdiameter 2 sentimeter. "Metana lebih ringan dan butuh lubang yang lebih besar," katanya.

Gas dari fermentasi bahan organik itu disebut biogas, biasanya dari kotoran ternak. Ini bukan hal baru. Pengolahan gas dari sampah juga diterapkan di Tempat Pembuangan Akhir Bantargebang, Bekasi, sejak awal tahun ini, dan mampu menerangi 1.700 rumah. Namun, untuk skala rumahan, mesin Fatah merupakan yang pertama.

Selain untuk kompor, gas dari bak sampah itu bisa dikonversi jadi listrik. Sukses dengan prototipenya, Fatah mengembangkan Biomethagreen berukuran 8 meter kubik yang dipakai bareng 150 keluarga di rukun tetangganya. Dari 200 kilogram sampah per hari bisa dihasilkan 6-8 kubik metana, yang mampu menyalakan kompor 15 jam tanpa henti.

Pemanfaatan lain adalah mengalirkan metana ke generator set yang sudah dimodifikasi. Hasilnya untuk 21 lampu jalan berukuran 14 watt dan tenaga cadangan saat listrik padam. "Ketika mati lampu, rumah kami dan jalanan tetap terang," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di samping itu, residu dari sampah berupa cairan bisa digunakan sebagai pupuk. "Bisa juga dibuang karena aman," ujarnya.

Setelah menyebar dari mulut ke mulut, mesin itu dipatenkan di bawah bendera PT Biomethagreen Lingga Lestari tahun lalu. Mereka merampungkan enam unit, di samping enam unit lain yang sedang dikerjakan. Bentuk bak dibuat berdasarkan pemesanan agar jauh dari kesan kumuh, seperti dua burung beradu paruh milik Pemerintah Kota Madya Jakarta Barat di RW 07 Kelurahan Tomang, Petamburan. Harganya mulai Rp 25 juta untuk ukuran 4 meter kubik sampai Rp 150 juta untuk 80 meter kubik.

Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung ikut memesan. Pekan lalu Tempo mendapati belasan pekerja membangun tangki sepanjang 20 meter dan lebar serta tinggi 2 meter di belakang kantor PD Kebersihan di Jalan Sekelimus Barat. Menurut Direktur PT Biomethagreen Edwin Berlian, bak itu mampu mengolah satu ton sampah organik. "Gasnya untuk dapur karyawan, las truk, dan penerangan luar gedung," ujarnya.

Jika pesanan perdana itu memuaskan, Direktur PD Kebersihan Kota Bandung Cece Iskandar akan melanjutkan ordernya untuk ditempatkan di beberapa tempat pembuangan sampah sementara serta Pasar Induk Gedebage dan pasar Ciroyom-Andir. Dia yakin habisnya sampah organik di bak-bak Biomethagreen bisa mengurangi biaya angkut sampah ke TPA Sarimukti, Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, yang mencapai Rp 20 miliar per tahun.

Cece mengatakan Biomethagreen bisa berjalan seiring dengan program pembangkit listrik tenaga sampah di Gedebage, yang digalakkan Wali Kota Bandung Dada Rosada. Program ini menghabisi sampah dengan dibakar, dan panasnya digunakan sebagai pembangkit setrum. "PLTSa untuk sampah non-organik," ujarnya. Saat ini Bandung menghasilkan 1.500 ton sampah per hari dengan perbandingan 60 persen organik dan 40 persen non-organik.

REZA M | ANWAR S (Bandung)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

26 Oktober 2023

Warga mengambil air tercemar limbah industri untuk menyiram kebun sayuran di pinggir Sungai Cimande, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 11 Oktober 2023. Tak hanya sumur yang kering, beberapa sumber air bahkan tercemar rembesan limbah industri dari Sungai Cimande selama kemarau panjang. TEMPO/Prima mulia
Undip dan Brin Kembangkan Pendeteksi Logam Berat dalam Limbah Industri

BRIN dan Universitas Diponegoro (Undip) menjalin kolaborasi riset untuk pengembangan metode alternatif pendeteksi logam di limbah industri.


Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

19 September 2023

Anak-anak bermain di kali Bekasi yang kondisinya air hitam pekat dan berbau akibat tercemar limbah di kawasan curug Parigi, kota Bekasi, Jawa Barat, Ahad, 17 September 2023. Kondisi air yang tercemar limbah industri ini mengakibatkan produksi Air Minum Tirta Patriot terganggu sejak 14 September. ANTARA/Paramayuda
Cerita Warga Bekasi Kena Penyakit Kulit karena Air PAM, Sempat Dikira Sebab Udara Kotor

Menurut pelanggan Perumda Tirta Patriot itu, banyak warga Bekasi yang juga mengalami penyakit kulit karena air PAM, selain dirinya.


Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

15 September 2023

Kali Cileungsi, hulu Kali Bekasi, menghitam akibat tercemar seperti terlihat pada Rabu, 13 September 2023. Dok. KP2C
Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri Hitam dan Bau, Suplai Air PAM 40 Ribu Pelanggan Sudah 3 Hari Terhenti

Akibat suplai air PAM terhenti 3 hari, warga Bekasi terpaksa beli air isi ulang dan tidak mandi untuk menghemat air.


Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

11 Agustus 2023

Foto udara Kali Bekasi yang berubah warna menjadi hitam pekat, di Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, 2 Agustus 2019. Pencemaran berat ini menyebabkan produksi air di PDAM Tirta Patriot menyusut, dari semula 490 liter perdetik menjadi 420 liter perdetik. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Kali Bekasi Tercemar Limbah Industri, Suplai Air PAM Warga Terganggu

Perumda Tirta Patriot mengambil air Sungai Kalimalang sebagai penetral untuk dicampur dengan air baku Kali Bekasi.


Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

30 November 2022

Petugas memindahkan kantong yang berisi limbah medis yang berbahan berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Selasa, 17 Agustus 2021. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan perlunya tindakan yang cepat dan tepat terkait pengelolaan limbah medis Covid-19 yang mencakup Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang pada Juli 2021 terdapat peningkatan mencapai 18 juta ton. ANTARA/M Risyal Hidayat
Mengenal Limbah B3, Begini Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Limbah Elektronik dan Industri

Limbah B3 dibagi menjadi limbah elektronik dan fashion. Hal ini menjadi permasalahan utama yang akan menyerang kondisi manusia dan lingkungan dalam keseharian.


Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

6 Juli 2022

Ratusan ribu ikan bandeng milik nelayan Kota Semarang mendadak mati. Warga menduga kematian ikan di keramba tersebut akibat aliran air limbah dari Kawasan Industri Lamicitra. (Tangkapan layar video nelayan)
Ratusan Ribu Ikan Bandeng Nelayan Semarang Mati, Diduga Tercemar Limbah Industri

Warga menduga kematian ikan bandeng di keramba tersebut akibat limbah dari Kawasan Industri Lamicitra.


Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

31 Maret 2022

Grup MIND ID Uji Coba Aplikasi Pengelola Limbah Tambang

Aplikasi MASTERMINE diharapkan dapat menghasilkan nilai efisiensi 10-20 persen dari total biaya pengolahan air limbah tambang.


Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

29 Juli 2021

Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Brawijaya di Malang meneliti pemanfaatan limbah bulu ayam sebagai penyerap sekaligus pengganti warna limbah industri. Kredit: Universitas Brawijaya
Mahasiswa Universitas Brawijaya Riset Bulu Ayam Penyerap Limbah Industri Tekstil

Pengelolaan limbah cair tekstil pascaproduksi ditujukan untuk menghilangkan atau mereduksi kadar bahan pencemar sehingga limbah cair industri memenuh


KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

28 Juli 2021

Foto udara menunjukkan limbah industri yang mencemari Sungai Citarum di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 11 Desember 2019. Sejumlah pabrik masih membuang limbahnya secara langsung ke aliran Sungai Citarum meski telah diterbitkannya perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. TEMPO/Prima Mulia
KLHK Ungkap Penyebab 59 Persen Sungai di Indonesia Tercemar Berat

KLHK menuturkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat.


Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

2 Juni 2021

Ilustrasi senjata tajam atau pisau. Shutterstock
Dua Anggota Ormas Nyaris Bentrok di Tambun Bekasi

Diduga, kedua ormas itu berselisih soal pengelolaan limbah industri otomotif di sana.