TEMPO Interaktif, Jakarta - "Alexandra bakal mendapatkan nilai A di kelas, namun Amber tidak." Perkiraan ini dilontarkan seseorang setelah melihat nama obyek. Sebuah studi menemukan bahwa nama orang memberi makna dan penilaian bagi orang lain.
"Nama yang Anda berikan kepada anak semacam wakil atau kode sejumlah hal dalam budaya kita," kata John Waggoner, peneliti Bloomberg University of Pennsylvania. Nama, ujar Waggoner, telah dikaitkan dengan pilihan hidup, termasuk apa yang orang lakukan dan bagaimana mereka menyumbang untuk amal.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian nama seseorang kepada anaknya tergantung status sosial, ekonomi, dan tingkat pendidikan. Waggoner dan rekan-rekannya menelaah lebih jauh apakah nama seseorang mempengaruhi apa yang orang lain harapkan darinya.
Dalam penelitian, mereka menggunakan sampel 89 mahasiswa program sarjana, yang setengahnya adalah calon guru. Mereka diminta mengaitkan nama mahasiswa dengan indeks dari skala 1 (tidak terlalu sukses) sampai 10 (sangat sukses) dalam dunia akademis.
Hasilnya, responden cenderung menghakimi nama seseorang dikaitkan dengan status sosial ekonomi orang tuanya. Jadi, nama tertentu yang selama ini melekat pada golongan rendah berkorelasi dengan kemampuan akademik yang rendah pula.
Sebaliknya yang terjadi. "Apa yang responden harapkan adalah prestasi Cody di sekolah relatif lebih rendah, ketimbang Benjamin dan Samuel," kata Waggoner dalam presentasinya pada pertemuan Association for Psychological Science, 26 Mei lalu.
Tim peneliti membuat peringkat nama-nama yang rendah hingga tinggi berdasarkan harapan responden. Peringkat terendah adalah Travis dengan skala rata-rata 5,55, diikuti Amber dengan 5,74. Peringkat tertinggi adalah Katherine dengan skala 7,42, dan Samuel dengan 7,20.
Kesenjangan skala dua poin sama dengan perbedaan 20 persen keberhasilan akademis yang dirasakan. Tim peneliti memang kurang mendalami bagaimana korelasi itu dengan keberhasilan akademis yang sebenarnya.
Namun beberapa nama lebih sering muncul di berbagai perguruan tinggi. "Katherine kuliah di perguruan tinggi swasta, Lauren di universitas negeri, begitu juga Briana." Tapi, kata Waggoner, Sierra dan Dakota, keduanya melanjutkan kuliah.
Menurut Waggoner, responden penelitian tidak menunjukkan perbedaan peringkat nama-nama, seperti Robert dan Benyamin. Selama ini Robert dikaitkan dengan status sosial ekonomi orang tua yang rendah ketimbang Benjamin, yang terkait dengan nama keluarga kaya.
Memang sekarang ada tren perubahan asosiasi nama. Robert, misalnya, kini dikaitkan dengan nama yang berasal dari orang tua dengan status sosial ekonomi tinggi. "Hari ini Alexandra lebih tinggi, mungkin besok Amber."
LIVESCIENCE | UWD