Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kalah Bersaing dengan Manusia, Neandertal Punah  

image-gnews
Manuasia Neanderthal.  archeologytoday.blogspot.com
Manuasia Neanderthal. archeologytoday.blogspot.com
Iklan

TEMPO Interaktif, Cambridge - Selama 300 ribu tahun manusia Neandertal menetap di wilayah Perigord, barat daya Prancis, yang dikellingi es. Namun kehidupan mereka mulai terancam sejak kedatangan manusia dari Afrika yang dengan cepat menguasai daerah tersebut pada 60 ribu tahun lalu.

Dalam waktu singkat jumlah pendatang dari benua seberang yang panas itu meningkat drastis. Sampai pada masa tertentu populasi manusia modern melampaui populasi Neandertal.

Perebutan wilayah berikut sumber daya alam pun terjadi, sehingga Neandertal tersingkir dari kompetisi dan punah sekitar 20 ribu tahun setelah kedatangan manusia modern.

Jejak kepunahan Neandertal baru terungkap 40 ribu tahun kemudian melalui penelitian profesor arkeologi asal University of Cambridge, Sir Paul Mellars. Ia bersama mahasiswa doktoralnya penasaran dengan catatan sejarah yang memperlihatkan kepunahan tiba-tiba Neandertal di tanah aslinya. Padahal manusia purba yang pintar menggunakan perkakas ini menguasai Perigord selama ratusan milenium.

Berbekal buku catatan, Mellars mendatangi Perigord untuk mengumpulkan bukti-bukti arkeologis dari masa lalu. Dia mendapati beberapa situs memiliki lebih banyak fosil manusia ketimbang Neandertal. Selain itu fosil manusia tersebar ke daerah yang lebih luas, menandakan terbentuknya kelompok-kelompok sosial.

Analisis statistik mendalam yang dilakukan Mellars memberikan petunjuk bagi kekalahan Neandertal. Pada puncak perebutan kekuasaan, populasi manusia sepuluh kali lebih banyak dibandingkan Neandertal. Ketimpangan jumlah ini memukul keunggulan penguasaan teritori yang dimiliki penduduk asli.

Manusia yang menang jumlah dengan mudah menguasai cadangan makanan seperti rusa, kuda, bison, dan kijang merah. Sementara cuaca dingin ekstrem yang membuat cadangan makanan menipis dan Neandertal mengalami krisis pangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perang juga tak terhindarkan di Perigord. Manusia bermaksud menguasai daerah-daerah strategis kaya sumber daya alam yang selama ini dikuasai Neandertal. Pertarungan antarspesies ini dengan mudah dimenangi oleh manusia karena terbiasa bekerja sama dalam kelompok sosial yang luas.

Akibat kalah berkompetisi dengan pendatang, Neandertal terdesak ke daerah pinggiran yang memiliki sumber daya alam minimal. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi makhluk yang dahulunya menguasai daerah kaya alam tersebut.

Perubahan alam juga tak bersahabat dengan kondisi Neandertal yang terdesak. Sekitar 55 ribu tahun lalu cuaca berfluktuasi ekstrem dan tak menentu. Tubuh Neandertal yang lebih cocok dengan iklim dingin lambat beradaptasi dengan perubahan cuaca ini, sehingga mereka lebih gampang sakit.

Vegetasi juga ikut berubah dari awalnya padang rumput menjadi pepohonan, sehingga mengacaukan teknik berburu Neandertal yang sering menyergap mangsa dari balik ilalang. Kehidupan spesies ini selang beberapa puluh ribu tahun terakhir menjadi lebih sulit dari masa sebelumnya.

Di lain pihak manusia meraup keuntungan dari migrasi ke Eropa. Manusia mengembangkan berbagai teknologi maju dan mengubah perilaku agar mendukung usaha menjelajahi wilayah lebih luas dari kekuasaan Neandertal.

SCIENCEDAILY | IO9 | ANTON WILLIAM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

9 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Raih 25 Bidang Ilmu Peringkat QS WUR 2024, Apa Itu?

Apa itu QS World University Rankings (WUR) yang menobatkan UGM meraih 25 bidang ilmu dalam pemeringkatan ini?


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

28 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

29 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Buntut Pencabutan Artikel Gunung Padang, Fitur Edit Gambar dan Stiker AI WhatsApp, Suara Kontra Arkeolog Asing

Topik tentang pencabutan artikel Gunung Padang bisa mencoreng nama penulis dan reviewer menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

33 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Rencana Tim Peneliti Situs Gunung Padang Setelah Pencabutan Publikasi dari Jurnal

Tim peneliti situs Gunung Padang akan mengirimkan penelitian yang dicabut Willey Online Library ke jurnal lagi, namun dalam bentuk berbeda.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

34 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

34 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Ilmiah Situs Gunung Padang Dicabut dari Jurnal, Ini Alasannya

Wiley Online Library mengumumkan mencabut publikasi artikel ilmiah berisi hasil penelitian situs megalitik Gunung Padang di Cianjur dari jurnalnya.


Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

51 hari lalu

Batu berlapis yang ditemukan di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong. ANTARA/HO-Diskominfo Rejang Lebong
Peneliti UI Datangi Lokasi Temuan Batu Berlapis Dikira Situs Kuno di Rejang Lebong

Tim peneliti UI bergabung dengan peneliti dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung


Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

6 Februari 2024

Pengunjung melihat koleksi museum di Museum Almoudi, Mekkah, Arab Saudi, Jumat 28 Oktober 2022. Museum tersebut berisikan berbagai properti peradaban dan perlengkapan hidup sehari- hari masyarakat Arab di zaman dulu. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Arab Saudi Temukan Ribuan Artefak pada Awal Periode Islam

Di antara temuan arkeologi itu adalah artefak-artefak dari Masjid Usman bin Affan pada abad ke 7 hingga ke 8 sebelum masehi


Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

28 Desember 2023

Ilustrasi Universitas Gadjah Mada (UGM). Shutterstock
Bersama Leiden University, UGM Buka Program Double Degree Magister Arkeologi

Program double degree ini membuka pintu bagi mahasiswa di kedua belah pihak untuk memperdalam pemahaman mereka dalam bidang arkeologi.


6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

21 November 2023

Kompleks Candi Batujaya di Karawang ditetapkan jadi Cagar Budaya Nasional. TEMPO | Hisyam Luthfiana
6 Fakta Kompleks Candi Batujaya Karawang, Candi Tertua di Indonesia

Situs Candi Batujaya Karawang memiliki berbagai hal unik untuk digali, begini fakta-faktanya.