TEMPO.CO , California - Apple Inc. menghadapi tuntutan publik untuk memperbaiki dan meningkatkan standar kerja para buruh di Foxconn, sebuah pabrik di Cina yang selama ini menjadi pembuat iPhone, ponsel cerdas ternama milik Apple.
Petisi ini muncul seiring dengan munculnya pemberitaan tentang nasib para buruh di pabrik Foxconn yang berada dalam tekanan, gaji yang rendah, kondisi kerja yang tidak layak, dan sering terjadi kecelakaan kerja.
Bahkan pada Januari lalu sebanyak 300 buruh Foxconn mengancam melakukan bunuh diri massal dari atap pabrik karena menuntut kenaikan gaji.
Tuntutan ini diajukan dalam dua petisi online yang berisi permintaan Apple untuk meningkatkan kelayakan kerja di pabrik-pabrik Cina yang membuat produk-produk Apple.
Satu petisi yang dibuat Change.org meminta Apple melindungi pekerja pembuat iPhone di pabrik-pabrik Cina. Petisi ini sudah mengumpulkan 150 ribu tanda tangan dari target 200 ribu tanda tangan.
Adapun petisi kedua dari Sumofus.org yang menyerukan kepada Apple untuk membuat sebuah etika untuk produksi iPhone 5. Petisi tersebut berpendapat dengan rekor pendapatan yang diraih Apple pada 2011 lalu sudah seharusnya Apple bisa memaksa para pabrik pemasok memperbaiki perlakuan terhadap para buruh mereka.
Dalam tempo 24 jam sejak petisi ini diluncurkan, sudah ada 35 ribu orang yang menandatangani petisi Sumofus.
Merespons sejumlah pemberitaan soal kondisi buruh pabrik itu, Apple kemudian bergabung dengan Fair Labor Association, sebuah asosiasi yang berdiri sejak 1999 dan berbasis di Washington yang berkampanye untuk tempat kerja yang lebih baik ke seluruh dunia.
Sebenarnya Apple bukanlah satu-satunya perusahaan yang menggunakan pabrik-pabrik di Cina untuk merakit produk teknologi. Foxconn, perusahaan yang paling sering disebut dalam pemberitaan dan petisi, adalah pembuat komponen elektronik terbesar.
Pelanggan utama Foxconn tidak hanya Apple, tapi Amazon, Sony, IBM, Dell, Hewlett Packard, Asus, Samsung, Panasonic, Motorola, Nintendo, Microsoft, Vizio, Nokia, dan Intel.
MASHABLE | IQBAL M