TEMPO.CO, Jakarta - Sel darah merah yang cacat ternyata dapat digunakan sebagai alat untuk membunuh sel-sel kanker pada tikus. Sel darah merah yang cacat ini berbentuk sabit. Sel ini dapat tetap bersama-sama dalam pembuluh darah di sekitar tumor pada tikus dan memblokir darah yang mengalir ke kanker.
Sebuah penelitian yang telah dipublikasikan dalam jurnal PLoS ONE mengungkapkan fenomena ini. Peneliti yang terlibat mengatakan bahwa sel-sel darah merah yang berbentuk tidak teratur juga dapat menyimpan residu beracun pada tumor yang kemudian dapat menyebabkan kematian sel kanker.
Penelitian ini berfokus pada wilayah miskin oksigen pada tumor yang telah terbukti sulit diobati pada manusia. Para peneliti Amerika Serikat dari Universitas Duke dan Jenomic, sebuah perusahaan riset swasta, memberikan solusi sel sabit fluoresen untuk tikus yang terkena kanker, dan menyaksikan apa yang terjadi pada sistem tubuh mereka.
"Dalam waktu 5 menit, sel cacat mulai menempel seperti Velcro (red: pengait dari kain) ke pembuluh darah yang dekat dengan wilayah yang kekurangan oksigen di bagian tumor," kata Prof Mark Dewhirst, pemimpin penulis studi dari Universitas Duke.
Setelah 30 menit, sel-sel itu membentuk gumpalan dan mulai memblokir pembuluh darah kecil yang memberi makan tumor. "Kami menemukan bahwa sel-sel sabit menunjukkan atraksi alam yang sangat unik untuk tumor yang kekurangan oksigen," kata Dr David Terman, rekan penulis studi dan kepala genetika molekuler di Jenomic. Menurut dia, setelah berkerumun dalam tumor, sel-sel sabit mendeposit resido beracun yang menyebabkan kematian sel tumor.
Sel sabit biasanya hadir pada manusia yang mewarisi kondisi genetik, yang dikenal sebagai anemia sel sabit. Bentuk sel yang mirip cakram ini dapat mengumpul dan memblokir pasokan darah. Pemblokiran ini sering menyebabkan sakit parah di wilayah yang terkena dampak. Dan kadang bisa menyebabkan aliran darah di daerah tersebut berhenti.
"Sel sabit bisa berbahaya bagi orang-orang yang mengalami kelainan genetik, tetapi dapat berbalik melawan tumor untuk membunuh kanker," ujar Terman. Ini merupakan taktik baru yang menarik untuk menghancurkan tumor yang resisten terhadap pengobatan standar. Namun, saat ini penelitian itu masih diuji coba pada tikus.
BBC | ISMI WAHID