TEMPO.CO , Pekanbaru:Harimau Sumatera yang sudah kian menurun populasinya masih bisa ditemukan di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling. Dalam hasil foto kamera jebakan yang dipasang di sana terlihat dua ekor Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis) berjalan melintas di tengah rimba.
Kedua harimau itu tampaknya merupakan harimau betina dan anakan. Ada juga kucing hutan yang ukurannya sedikit lebih besar dari kucing biasa berwarna hitam, putih dan kuning.
Lembaga Word Wide Fund (WWF) memasang kamera itu di ketinggian 448 meter di atas permukaan laut, yang letaknya ada di kawasan Kampar Kiri Riau.
"Harimau itu binatang pemalu, dia tidak akan menampakkan diri pada manusia," ujar Nursyamsu, anggota Tim Perlindungan Harimau.
Tim Tiger Patroli bertugas mengidentifikasi populasi harimau menggunakan kamera jebakan yang dilengkapi sensor otomatis, sehingga dapat merekam pergerakan satwa liar di kawasan konservasi harimau sumatra itu, kamera dipasang di atas pohon dalam rentang waktu 30 hari.
Ahli Spesies Harimau, Sunarto mengatakan hutan Bukit Rimbang Bukit Baling diakui sebagai kawasan prioritas jangka panjang konservasi harimau di dunia. Sejak 2005, WWF sudah menemukan lima jenis kucing hutan yakni harimau, macan dahan, kucing emas, kucing congkok dan kucing batu di kawasan itu.
"Masih banyak lagi spesies lainya, 170 jenis burung dan 50 jenis mamalia," ujarnya.
Kondisi hutan Bukit Rimbang Bukit Baling saat ini masih dalam keadaan baik, namun WWF mengkhawatirkan kawasan konservasi Harimau Sumatera di sana mulai dibayangi ancaman berbagai sebab seperti pertambangan batu bara, meskipun area pertambangan masih berada pada perbatasan, dikhwatirkan akan merembet ke kawasan hutan yang berpotensi merusak sumber daya alam.
Selain itu, alih fungsi hutan menjadi perkebunan merupakan ancaman serius terhadap keutuhan kawasan ini. Saat ini, diperkirakan 2.000 hektar lebih hutan ditumbangi masyarakat untuk perkebunan.
Perburuan liar menjadi ancaman bagi populasi harimau, beruntung sejak 2008 Tim Tiger Patroli selalu berhasil mengamankan jerat harimau disekitar kawasan, jumlah jerat yang ditemukan pun semakin menurun dibanding lima tahun lalu.
"Kita bersyukur, kearifan penduduk lokal masih bisa hidup berdampingan dengan harimau tanpa ada konflik," ujar Sunarto.
Kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling memiliki luas 136.000 hektar, memiliki topografi berbukit dengan kemiringan 25-100 persen. Tidak hanya sebagai habitat hewan langka, hutan bukit rimbang bukit baling juga memiliki potensi ekowisata yang masih alami.
Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Bukit Baling terletak 90 km dari ibu kota Provinsi Riau Pekanbaru, dapat diakses melalui jalur lintas tengah Taluk Kuantan sekitar 2,5 jam, menuju Desa Gema Kampar Kiri atau lewat Desa Tanjung Belit sebagai akses pintu masuk utama. Desa Tanjung Belit merupakan desa wisata dengan banyak keindahan.
Susunan rumah panggung milik masyarakat di tepian sungai Subayang tertata rapi, dihiasi rindangnya pohon kelapa membuat suasana terasa sejuk, bukit barisan nan hijau mengelilingi kampung menawarkan pemandangan indah. Ditambah lagi penduduknya ramah, membuat pengunjung merasa nyaman berlama-lama disana.
Menuju jantung hutan Bukit Rimbang Bukit Baling mesti menelusuri sungai Subayang menumpangi perahu, sungai yang membelah hutan berbukit hijau menyuguhkan pemandangan indah. Dalam perjalanan, pengunjung disajikan pemandangan kehidupan hutan yang masih asri.Pengunjung bisa melihat berbagai jenis burung cantik bertengger diatas pohon, monyet, siamang, babi hutan, tapir, kambing hutan bahkan beruang.
RIYAN NOFITRA
Terpopuler:
Apple Akan Rilis iPhone Rp 980 Ribu
Diet Ketat, Henry Cavill Jadi 'Man of Steel
Samsung Akan Rilis Galaxy S5
Jokowi: PRJ di Monas Itu Pesta Rakyat Jakarta
AJI Prihatin Terhadap Forum Pemred
Cuci Gudang Ponsel hingga 90 Persen di ICS 2013