TEMPO.CO, Malang - Aliran Sungai Brantas di wilayah Malang, Jawa Timur, tercemar limbah rumah tangga. Akibatnya, air sungai keruh kecokelatan dan berbagai biota di dalamnya lenyap. "Contohnya ganggang air, kini sulit dijumpai," kata guru biologi di SMA Negeri 7 Malang, Tipuk Ujianti, Kamis, 9 Oktober 2014.
Menurut Tipuk, hilangnya ganggang air atau Chlorophyceae merupakan indikator suatu perairan tercemar limbah. Di Sungai Brantas, pencemaran terjadi akibat sampah yang dibuang warga.
Tipuk dan pelajar SMA 7 Malang kini mendata berbagai biota air yang bisa dijadikan indikator kualitas Sungai Brantas. Berbagai hewan air, ujar dia, bisa menunjukkan intensitas pencemaran, contohnya ketam kerang dan cacing. Karena toleran terhadap limbah, keberadaan dua hewan ini bisa menjadi indikator sungai telah tercemar.
Namun Kepala Bagian Lingkungan Perum Jasa Tirta 1 Inni Dian Rohani menuturkan kandungan oksigen terlarut di Sungai Brantas cukup tinggi. Kandungan oksigen terlarut menunjukkan kualitas sungai yang baik. "Semakin tinggi kandungan oksigen terlarutnya, semakin bagus kualitas air sungai."
Saat musim kemarau, ujar dia, debit air menurun dan kualitasnya juga buruk. Menurut Inni, lembaganya selalu memantau kualitas air, dari hulu hingga hilir. "Seperti Bendungan Sutami dan Kali Surabaya, dipantau sepekan sekali."
Perum Jasa Tirta 1 sebagai pengelola aliran Sungai Brantas membangun 23 stasiun penguji kualitas air. Inna mengatakan hasil pengujian kualitas air bisa diakses secara online. Namun saat ini hanya delapan stasiun yang berfungsi optimal.
EKO WIDIANTO
Berita Terpopuler
Koalisi Prabowo Siap Ajukan Veto untuk 100 Posisi
Tiga Taktik Koalisi Prabowo Rebut Pimpinan MPR
Pacar Mayang Ternyata Juga Pekerja Seks