TEMPO.CO, Malang - Perkumpulan peduli satwa, Indonesian Society for Animal Welfare (ISAW), mengembangkan Zoo Reporting for Citizens Application alias Zoo Recapp, sebuah aplikasi interaktif untuk melakukan penilaian kebun binatang secara mudah dan sistematis melalui ponsel.
Dalam dua bulan ke depan, ISAW menggelar penggalangan dana lewat situs Indiegogo.com untuk pengembangan aplikasi itu.
“Kian memprihatinkannya kondisi satwa kebun binatang di Indonesia dan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesejahteraan satwa mendorong kami untuk mengembangkan Zoo Recapp,” kata Direktur Eksekutif ISAW Kinanti Kusumawardani, Kamis, 29 April 2015.
Menurut Kinanti, Zoo Recapp bukan hanya dikembangkan sebagai sebuah platform penilaian dan pelaporan, melainkan juga berfungsi sebagai media edukasi interaktif mengenai standar-standar kesejahteraan satwa yang mengacu pada metode penilaian Zoo Exhibit Quick Audit Process (ZEQAP).
Dia mencontohkan, tragedi kematian satwa di beberapa kebun binatang di Indonesia, khususnya di Kebun Binatang Surabaya, dari kasus singa mati “gantung diri”, jerapah mati dengan timbunan sampah di perutnya, dan harimau sakit karena mengkonsumsi daging berformalin, merupakan bukti buruk bahwa perikehidupan satwa di kebun binatang masih terabaikan.
Saat ini ISAW berhasil mengembangkan prototipe aplikasi Zoo Recapp dengan sistem operasi Android, yang telah diuji coba oleh 25 siswa Bandung Independent School dan komunitas anak jalanan Bandung Street Children Program dalam rangka peringatan Hari Bumi, 22 April.
Cara kerja aplikasi ini cukup mudah. Pada halaman utama aplikasi ini, terdapat dua pilihan bahasa, yakni bahasa Indonesia dan Inggris. Setelah memilih bahasa, pengguna aplikasi mesti memilih kebun binatang yang tengah dikunjungi di Indonesia. Setelah memilih kebun binatang, pengguna aplikasi akan memilih jenis hewan yang dikunjungi. Di sana, beberapa pertanyaan akan muncul dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”.
Beberapa pertanyaan yang muncul di antaranya seputar fisik satwa, kondisi kandang, perilaku satwa, dan perlengkapan kandang. “Apakah ada luka pada hewan atau apakah kandang terlalu penuh, semuanya akan dipertanyakan di sana,” ujar Kinanti. Nantinya, hasil dari penilaian setiap pengguna aplikasi akan direkapitulasi oleh ISAW. Setelah mencapai seratus penilai, ISAW akan melaporkannya kepada pemerintah setempat atau yayasan yang bertanggung jawab terhadap kebun binatang.
Kinanti mengatakan seluruh dana yang diperoleh dari penggalangan dana selama 60 hari ke depan akan digunakan untuk menyempurnakan aplikasi dan pengembangan Zoo Recapp pada dua sistem operasi lain, yakni Windows dan iOS. Penggalangan dana itu juga didukung oleh Protection of Forest & Fauna (Profauna), lembaga nonprofit yang bergerak di bidang perlindungan satwa liar dan hutan.
“Kami sangat mendukung inovasi yang dilakukan ISAW untuk pengembangan Zoo Recapp. Sudah saatnya kita mempunyai media untuk memasyarakatkan nilai-nilai animal walfare, sehingga lebih banyak orang yang peduli terhadap kelestarian satwa,” tutur Rosek Nursahid, pendiri Profauna.
ABDI PURMONO | PERSIANA GALIH