TEMPO.CO, Jakarta - Bambu merupakan menu utama dalam daftar makanan panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca). Binatang itu bisa menghabiskan 14 jam dalam sehari memakan bambu. Masalahnya, beruang dengan bobot tubuh lebih dari 100 kilogram itu kesulitan mencerna bambu. Riset menunjukkan panda tidak memiliki cukup microbiome--bakteri yang hidup di lambung dan usus--untuk mencerna makanan berserat seperti bambu.
Laporan riset yang dimuat dalam jurnal mBio dari American Society for Microbiology, 19 Mei 2015, menunjukkan sebagian besar saluran pencernaan panda dipenuhi bakteri Escherichia/Shigella dan Streptococcus. Mikroorganisme ini umumnya ditemui di sistem pencernaan binatang pemakan daging. Peneliti menduga bakteri-bakteri itu adalah warisan dari nenek moyang panda.
Panda berevolusi dari beruang yang memakan tumbuhan dan daging sekaligus. Panda-panda purba diperkirakan mulai memakan bambu sekitar tujuh juta tahun lampau. Namun mereka baru menjadi pemakan bambu serius sekitar dua juta tahun silam.
Panda memiliki rahang dan gigi yang kuat untuk menghancurkan tanaman berserat. Hewan itu juga punya jempol palsu besar--ini sebenarnya adalah perkembangan tulang pergelangan yang difungsikan seperti ibu jari--untuk menggenggam batang bambu. Namun lambung mereka tak ikut beradaptasi dengan perubahan makanan. Panda hanya mampu mencerna sekitar 17 persen dari total bambu yang mereka makan dalam sehari.
Zhihe Zhang, peneliti utama dari Pusat Riset Panda Raksasa Chengdu, Cina, mengatakan panda memang lebih unggul ketimbang para hewan pemakan tumbuhan lainnya. Struktur anatomi tubuh panda sangat efektif untuk menghancurkan batang bambu. Namun sistem pencernaannya masih sama dengan hewan pemakan daging. "Mereka tak punya gen yang bisa menghasilkan enzim pencerna tumbuhan. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko mereka untuk punah," kata Zhang.
Para peneliti mempelajari bakteri perut dari kotoran 45 panda yang tinggal di Pusat Riset Chengdu. Selama setahun, mereka mengumpulkan 112 sampel feses dari anak panda hingga spesies dewasa. Kecuali bayi panda yang minum susu, setiap panda bisa menghabiskan 10 kilogram bambu dan rebung serta 800 gram roti setiap hari. Peneliti menemukan feses panda dipenuhi fragmen bambu yang belum dicerna.
Hasil riset yang mengejutkan itu menunjukkan microbiome sistem pencernaan panda tidak beradaptasi dengan pola makan yang dikembangkan binatang itu selama jutaan tahun. "Kondisi ini menempatkan panda pada dilema evolusi," kata Xiaoyan Pang, peneliti dari Shanghai Jiao Tong University, Cina. Lambung panda tak memiliki bakteri penghancur tanaman seperti Ruminococcaceae dan Bacteroides yang biasanya dimiliki herbivora.
Namun mikroba di dalam perut panda bisa bervariasi tergantung musim. Menurut Pang, bakteri di dalam lambung panda pada musim gugur, ketika tidak ada rebung bambu, berbeda dibandingkan musim semi dan panas.
LIVESCIENCE | GABRIEL WAHYU TITIYOGA