TEMPO.CO, Baltimore - Gaya hidup modern membuat manusia lebih berat. Tapi, pada suatu masa, ada yang lebih ringan saat nenek moyang kita yang masih berburu dan mengumpulkan makanan masih hidup. Yakni, di dalam tulang mereka.
Penelitian terhadap tulang manusia berumur 33 ribu tahun yang pernah tinggal di Eropa mengungkap munculnya pertanian dan penurunan mobilitas manusia. Studi ini diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi 18 Mei 2015.
Dalam jurnal tersebut para peneliti menulis, tulang berada di bawah tekanan saat berjalan dan mengangkat beban. "Menjadikan kalsium dalam tulang berkembang dan tumbuh lebih kuat," kata Christoper Ruff, pakar anatomi fungsional dan evolusi di John Hopkins University, yang menjadi penulis utama, seperti dikutip dari Science Daily.
Ruff mengatakan, bukti tulang nenek moyang manusia lebih kuat terlihat pada latihan yang dilakukan secara tidak sengaja tersebut. Manusia modern pun sering berlatih beban untuk mencegah pengeroposan tulang. Hanya, Ruff dan timnya belum mengetahui apakah pelemahan tulang selama 30 ribu tahun terakhir dikarenakan sektor pertanian, urbanisasi atau gaya hidup. Dari analisis tulang, tim peneliti menemukan tulang manusia Eropa tumbuh lebih lemah secara bertahap.
Penelitian ini merupakan kolaborasi penelitian dari beberapa peneliti Eropa dan Amerika Serika yang dimulai sejak 2008. Kelompok berfokus pada Eropa karena banyak memiliki situs arkeologi yang dirawat dengan baik. Selain itu, karena populasi di Benua Biru ini memiliki variasi genetika yang relatif sedikit, meski sudah mengalami migrasi penduduk beberapa kali.
Untuk penelitian ini, para peneliti mengambil cetakan tulang dari koleksi museum dan menggunakan sinar gamma siap pakai untuk memindai dua tulang utama dari kaki dan satu dari lengan. Perbandingan anggota gerak ini, kata Ruff, bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi.
Saat menganalisis perubahan geometri tulang dari masa ke masa, para peneliti menemukan penurunan kekuatan tulang kaki antar era Mesolitikum (10 ribu tahun lalu) dan zaman Kekaisaran Romawi (2.500 tahun lalu). Itu berarti penurunan terjadi selama 7.500 tahun.
"Kekuatan lengan masih stabil," ujar Ruff. Penurunan yang terjadi selama ribuan tahun itu menunjukkan bahwa manusia memiliki transisi yang sangat panjang dari awal pertanian. Transisi tersebut berlanjut pada periode Abad Pertengahan, yang menjadikan bentuk tulang seperti sekarang.
Ruff mengatakan, kekuatan tulang masa Paleolitikum masih bisa dicapai. "Setidaknya bagi manusia muda," ujarnya. Caranya dengan meniru gaya hidup nenek moyang mereka, terutama berjalan kaki. Dia juga menyarankan untuk menjalani gaya hidup atlet. Menurut dia, kekuatan tangan atlet tenis profesional sama seperti tulang manusia era Paleolitikum.
SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB