TEMPO.CO, Victoria - Dengan paruh dan kaki berselaput seperti bebek, ekor seperti berang-berang, platipus menjadi salah satu hewan yang mudah dikenali. Tapi, apakah perilaku kawin mamalia ini sekompleks penampilan mereka?
Sebagai anggota keluarga taksonomi dari Ornithorhynchidae dan Ornithorhynchus, platipus (Ornithorhynchus anatinus) adalah hewan unik yang hidup di Pulau Tasmania dan pantai timur Australia. Platipus umumnya hewan soliter, terutama pejantan, yang mengatur wilayah di sungai. Luasan sarang mereka berbeda dari pejantan lainnya. Meski sarangnya tumpang tindih, tapi mereka berusaha mungkin untuk mencari makan di waktu yang berbeda dengan tetangga mereka.
"Para betina lebih toleran dan memilih bersarang bersama," kata Jessica Thomas, pakar platipus dari Healesvill Sanctuary, Australia, seperti dikutip dari Live Science, edisi 26 Mei 2015. Dia mengatakan, baik jantan maupun betina, mamalia ini memiliki sifat komptetitif selama musim kawin. Para betina, ujarnya, bahkan saling menggigit satu sama lain untuk mengusir 'room mate-nya'.
Musim kawin dimulai pada akhir musim dingin dan awal musim semi, atau sekitar Januari sampai Mei. Biasanya, populasi platipus di daerah selatan dan utara bergabung. Menariknya, platipus merupakan satu-satunya hewan mamalia yang bertelur.
Saat kawin, para pejantan telah menyiapkan semacam racun yang disekresikan melalui taji belakang mereka. Fungsinya, untuk menimbulkan luka pada pejantang saingan. "Mereka aktif bersaing di dekat sarang betina," ujar Thomas. Untuk proses perkawinan, dia mengatakan, platipus jantan memang masih jarang diketahui.
Perkawinan sepasang platipus dewasa akan berlangsung selama sepekan. Perkawinan berikutnya terjadi enam pekan kemudian. "Ada sedikit 'tarian 'saat mereka kawin," ujar Thomas. Pejantan akan menggigit ekor betina.
Hanya, jika betina akan lari saat digigit jika merasa belum siap kawin. Saat itu, dia akan kembali ke sarangnya dan menghindari kontak fisik dengan para pejantan tersebut.
Setelah si betina siap untuk kawin, dia akan mencari pejantan yang pernah menggigitnya. "Dia akan menggigit ekor pejantan tersebut," kata Thomas. Kemudian keduanya akan berenang bersama dalam kolam, menyelam, hingga akhirnya kawin dalam sarang betina.
Saat bersanggama, jantan akan naik ke punggung betina dan meringkukkan ekornya di bawah perut agar kloaka (lubang sekresi dan reproduksi) masing-masing terbuka. Kemudian si jantan akan memasukkan penisnya, yang tersembunyi dalam kloaka, ke kloaka milik betina untuk pembuahan. Proses ini, kata Thomas, terjadi selama 10 menit.
Setelah selesai kawin, betina akan mengabaikan rayuan kawin dari pejantan lain. Sebaliknya, kata Thomas, para pejantan seolah tak setia. "Mereka malah akan mencari betina lain untuk kawin lagi."
LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB