TEMPO.CO, Tokyo - Solar Impulse 2 membuat kemajuan dalam perjalanan epiknya. Senin, 29 Juni 2015, pukul 03.30 waktu Jepang, pesawat ini memulai menjelajah rute terberatnya: melintasi Samudra Pasifik menuju Hawaii, Amerika Serikat, dengan estimasi waktu enam hari. "Ini sejarah," kata Kepala Solar Impulse Bertrand Piccard, seperti dilansir Fox News, kemarin.
Andre Borschberg, pilot asal Swiss, yang menerbangkan pesawat berkapasitas satu awak ini. Selama penerbangan, kata Piccard, fisik dan mental Borschberg sudah pasti akan terkuras. Meski begitu, sang pilot dapat beristirahat dengan cara merebahkan jok kokpit.
Pada penerbangan sebelumnya, Solar Impulse 2 direncanakan berangkat dari Nanjing, Cina, langsung menuju Hawaii, Amerika Serikat. Sayangnya, di tengah perjalanan, pesawat ini mengalami sedikit kendala teknis dan cuaca tidak mendukung untuk melanjutkan perjalanan. Karena itu, sang pilot membelokkannya ke Jepang guna diperbaiki.
Setelah diperbaiki dan lulus uji coba penerbangan selama 16 jam, awal pekan ini, Solar Impulse 2 kembali melanjutkan perjalanannya yang tertunda menuju Hawaii. Menurut Piccard, yang juga pilot Solar Impulse 2, Jepang-Hawaii adalah rute terberat. Musababnya, selain jarak tempuh yang panjang, juga tak ada daratan untuk mendarat dalam keadaan darurat.
"Jika terjadi masalah, kami berdua sudah dilatih untuk itu," tutur Piccard. Sebelum etape Solar Impulse 2 dimulai, dia bercerita, keduanya telah dilatih menggunakan parasut dan belajar survival di samudra sampai helikopter penyelamat datang. "Kami harap hal itu tak sampai terjadi."
Setelah rute Hawaii, leg selanjutnya adalah Hawaii-Phoenix. Dari situ, Solar Impulse 2 akan bertolak ke New York sebelum terbang di atas Samudra Atlantik menuju Eropa Selatan dan Afrika Utara. Sebelumnya, pesawat ini telah menyelesaikan rute sejauh 7.324 kilometer dari Abu Dhabi, Oman, India, Myanmar, hingga Cina.
Meski bentang sayap pesawat ini mencapai 63,4 meter--lebih lebar dari Boing 747 (60 meter), Solar Impulse 2 memakai bahan serat karbon ringan. Material ini membuat beratnya hanya 2 ton, seperti mobil jip.
Saat siang hari, Solar Impulse 2 akan terbang di ketinggian 8.000 meter untuk mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan mengisi ulang baterai agar bisa digunakan pada malam hari. Malamnya, pilot akan membawa pesawat terbang pada titik sekitar 600 meter. Kecepatan pesawat ini 50- 65 kilometer per jam. "Dinamis tergantung kecepatan angin," ujar Piccard.
Dalam penerbangan melintasi Samudra Pasifik, Borschberg mengalami perbedaan temperatur udara yang sangat signifikan. Yakni, 35 derajat Celcius pada siang hari dan minus 20 derajat di malam hari.
FOX NEWS | AMRI MAHBUB