TEMPO.CO, Washington DC - Ketika datang menjelajahi Mars, robot buatan manusia hanya mengorek permukaan. Sampai saat ini, rovers di Mars telah menjelajahi kurang dari 40 mil atau 64,37 km di Planet Merah. Adapun permukaan Mars seluas hampir 56 juta mil persegi.
Meski satelit yang mengorbit planet itu, seperti Mars Reconnaissance Orbiter, telah membantu tapi masih banyak lahan yang perlu dipantau. Salah satu cara yang lebih cepat untuk melakukannya adalah dengan sebuah pesawat, dan NASA memiliki konsep untuk pesawat Mars.
Dinamai Prandtl-m, singkatan dari Preliminary Research Aerodynamic Design to Land on Mars – nama itu merupakan penghargaan untuk aerodynamicist Jerman Ludwig Prandtl. Pesawat penelitian awal ini akan mengatasi tantangan besar bagi setiap pesawat ekstra-terestrial: bagaimana terbang di udara tipis dan kurang gravitasi pada dunia yang berbeda.
Prandtl-m sepertinya memiliki beberapa kesamaan dengan usulan pesawat sebelumnya, yaitu pesawat Aerial Regional-scale Environmental Survey of Mars (ARES). ARES dan Prandtl-m sebagian besar merupakan sayap terbang, dengan bodi tipis untuk memaksimalkan daya angkat. Untuk meniru udara Mars yang tipis, NASA akan mengangkat pesawat mereka dengan balon ke ketinggian 100.000 kaki, dan kemudian melepaskannya.
Pesawat tak berawak itu memiliki berat 2,6 pound (1,18 kg) di bumi, atau hanya sekitar satu pound (0,45 kg) di gravitasi Mars. Peluncuran awal akan melihat seberapa baik Prandtl-m bisa terbang.
Pada peluncuran berikutnya, Prandtl-m dapat membawa muatan kecil, seperti kamera pemetaan atau sensor yang mencatat radiasi. Untuk benar-benar meniru pengalaman di atmosfer Mars, peluncuran ketiga akan merilis drone dari ketinggian 450.000 kaki di atas bumi.
Suatu hari, drone seperti Prandtl-m mungkin dapat menjelajahi Mars sendiri, menambahkan robot udara untuk armada rovers dan membuat Planet Merah itu sebagai planet robot , setidaknya sampai manusia menyusul.
ERWIN Z | POPULAR SCIENCE