TEMPO.CO, London - Para ilmuwan memperkirakan 99 persen spesies burung laut bakal mengalami keracunan plastik pada 2050. Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization dan Imperial College London mengeluarkan angka perkiraan itu berdasarkan laju pencemaran plastik pada burung laut.
Pemimpin kajian itu, Dr Chris Wilcox bersama Dr Denise Hardesty dan Dr Erik van Sebille, menerbitkan penelitian tersebut di jurnal PNAS pada 31 Agustus 2015.
Penelitian mereka menemukan 60 persen dari semua spesies burung laut memiliki kandungan plastik di usus mereka. Padahal, hanya 5 persen burung laut yang keracunan makanan pada 1960.
Penelitian pada 2010 bahkan sempat menemukan 80 persen burung laut keracunan plastik. Saat ini, para peneliti memperkirakan 90 persen spesies burung laut menelan plastik.
“Angka 90 persen itu besar dan menunjukan luasnya persebaran polusi plastik,” kata Chris Wilcox. Dari laju itu, penelitian tadi memperkirakan 99 persen spesies burung laut akan keracunan plastik pada 2050.
Plastik-plastik tersebut berasal dari sampah yang dibuang di sungai dan comberan. Sampah-sampah itu di antaranya adalah tas, botol dan serat plastik untuk pakaian. Burung laut mengira warna cerah plastik tersebut sebagai makanan. Akibatnya, mereka menelan plastik tersebut.
Ini mengakibatkan gangguan usus dan dapat berujung pada kehilangan berat badan atau bahkan kematian. “Untuk pertama kalinya, kami memiliki prediksi global tentang betapa luasnya dampak plastik pada binatang laut. Hasilnya mengejutkan,” imbuh peneliti senior CSIRO itu.
Para peneliti menemukan, polutan itu paling berdampak pada burung-burung yang berkumpul di laut sekitar Kutub Selatan. “Saya menemukan ada satu burung dengan lebih hampir 200 plastik,” kata Dr Denise Hardesty.
Sejumlah spesies yang paling terancam di antaranya adalah penguin. “Kami sangat khawatir dengan spesies seperti penguin dan albataros,” imbuh Erik Van Sebille, seperi diberitakan sciencedaily.com.
Para peneliti tersebut mengusulkan peningkatan pengelolaan sampah plastik sebagai solusinya. “Upaya untuk mengurangi dampak plastik pada lingkungan di Eropa akan berdampak secara berarti pada perut burung laut dalam waktu kurang dari 10 tahun,” terang Hardesty.
EZ | GURUH RIYANTO | SCIENCEDAILY