TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti berhasil menemukan bahan baku alternatif minyak goreng yang murah dan berlimpah tinggi. Ternyata, minyak goreng bisa berasal dari serangga. Selama ini, minyak goreng lumrah dibuat dari bahan kelapa, sawit ataupun dari lemak hewan.
Peneliti Universitas Wageningen-Belanda, Daylan Tzompa-Tosa, seperti diberitakan foodnavigator.com, menemukan sumber minyak dari serangga secara tidak sengaja. Ketika itu, ia tengah mengekstrak protein dari serangga. Namun, ia juga mendapati serangga menghasilkan minyak.
Minyak goreng dari serangga ini diharapkan bisa menjadi alternatif selain minyak goreng dari tumbuhan dan hewan seperti sapi, kambing dan babi. Membesarkan binatang ternak dianggap membutuhkan biaya besar. Selain itu, tumbuhan sawit juga dikenal berpotensi merusak lingkungan karena rakus air. "Penting untuk mengetahui sumber minyak lain yang juga baik," kata Tzompa-Tosa.
Dengan kata lain, minyak goreng serangga bebas dari klaim kerusakan lingkungan. Selain itu, minyak goreng dari serangga ternyata bebas kolesterol.
Penelitian yang didanai pemerintah Belanda itu melakukan percobaan terhadap ulat kuning, jangkrik dan kecoa. Serangga-serangga tersebut mereka bekukan, kemudian dihaluskan hingga menjadi tepung. Tepung tersebut kemudian diproses hingga menjadi minyak.
Hasilnya minyak dari ulat kandungannya hampir sama dengan minyak dari tumbuhan dan hewan. Jenis minyak ini bisa dikonsumsi. Minyak dari jangkrik, walaupun kandungan gizinya sama tapi baunya agak tengik, sehingga sulit untuk dikonsumsi. Sementara minyak dari kecoa tidak bisa dikonsumsi karena terlalu berlemak dan tengik. Minyak dari kecoa masih bisa digunakan untuk bahan pelumas dan pembuatan cat.
Produksi massal minyak dari serangga mungkin segera terwujud karena sejumlah perusahaan serius menggarap binatang yang dianggap hama ini sebagai bahan baku. "Ada sejumlah perusahaan di Belanda yang mulai serius mengekstraksi protein dari serangga. Jika benar, minyak akan menjadi produk sampingan," ujar Tzompa-Tosa.
FOODNAVIGATOR | POPULAR SCIENCE | GURUH RIYANTO