TEMPO.CO , Jakarta - Peneliti plastik dari PT Inter Aneka Lestari Kimia, Asmuwahyu Saptoraharjo, mengatakan pihaknya bisa memproduksi ratusan ton plastik per bulan yang terbuat dari singkong. “Kami bisa produksi sebanyak 500 ton plastik dari singkong per bulan,” katanya saat dihubungi, Kamis, 3 September 2015.
Membuat plastik dari singkong mengantarkan Asmu menerima LIPI Science Based Industrial Innovation Award 2013. Ide membuat plastik dari singkong ini ia dapatkan karena menyayangkan kondisi Indonesia yang memproduksi banyak sampah plastik yang susah terurai.
Dibanding kantong plastik biasa, plastik buatan Asmu memang lebih mudah terurai. Sementara plastik biasa memakan waktu 2-3 bulan untuk terurai, plastik buatan Asmu cukup membutuhkan waktu 40 hari saja.
Tak jarang pula plastik yang mengandung 60 persen bahan singkong itu habis dimakan kodok, ular, bahkan cacing, atau hewan melata lain.
“Kami sudah meneliti hewan yang memakan plastik kami sampai dikirim ke Belanda untuk mengetahui apakah mereka keracunan atau tidak. Hasilnya, mereka tetap sehat,” katanya.
Dalam hal produksi, Asmu mengatakan, caranya sangat mudah, mirip seperti memproduksi plastik biasa, ditambahkan aci singkong. Namun plastik miliknya berharga dua kali lipat lebih mahal dibanding harga plastik konvensional.
“Perusahaan retail di Indonesia belum banyak yang menggunakannya karena sedikit mahal. Namun kami sudah ekspor plastik dari singkong ini ke India, Afrika, dan Madagaskar,” katanya.
Ia pun bangga bisa meningkatkan nilai singkong karena sudah semakin diperlukan di dunia industri. “Harapannya, dengan nilai tambah ini, tata cara penanaman singkong bisa terus-menerus diperbaiki,” katanya.
Ia membandingkan tata cara pengembangan singkong di Indonesia bisa sebaik Thailand. Menurut dia, dengan penanaman singkong yang benar, Thailand bisa memproduksi singkong sebanyak 40 ton dalam lahan 1 hektare. Sedangkan Indonesia hanya bisa memproduksi 18 ton singkong dalam 1 hektare lahan.
MITRA TARIGAN