TEMPO.CO , Jakarta:Massachusetts Institute of Technology (MIT) baru saja berhasil mengembangkan jel super sensitive yang mampu berubah warna ketika terkena polusi atau perubahan kondisi eksternal lainnya. MIT memperkirakan, temuan itu bisa berkembang menjadi alat peringatan dini.
Peneliti Niels Holten-Andersen, Pangkuan Chen, Qiaochu Li dan Scott Grindy dalam sebuah makalah di Journal of the American Chemical Society memaparkan, bahan kimia itu terbuat dari polimer metalik yang langka di dunia.
“Saya berusaha menggunakan rekayasa alami untuk merancang polimer yang terinspirasi dari makhluk hidup,” katanya. Ia menerangkan, polimer itu berasal dari makhluk laut.
Andersen menceritakan, ia menggabungkan polietilena glikol (PEG) dengan senyawa dari golongan laktanida. Material gabungan itu dapat mengeluarkan cahaya karena perubahan lingkungan. Ia mengklaim, gabungan tersebut sangat sensitif hingga mampu membaca perubahan yang tidak kasat mata.
Andersen menambahkan, material itu dapat digunakan untuk mengenali perubahan mesin yang tidak kasat mata. Ia mencontohkan, material temuannya bisa saja digunakan untuk pelapis.
Dengan begitu, sebuah mesin dapat berubah warna ketika mendeteksi ada yang tidak beres. Alhasil, operator mesin itu dapat menghentikan mesin sebelum kerusakan lebih besar terjadi.
Sayangnya, tim dari MIT belum mampu menyimpulkan seberapa lama kadaluarsa material itu. Polimer itu juga masih harus menjalani uji coba di lingkungan yang kasar atau tidak sensitif untuk mengetahui potensi penggunaan sehari-hari.
MIT | GURUH RIYANTO