TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan riset dan konservasi keanekaragaman tumbuhan di kawasan hutan calon tambang batu bara di Kalimantan Timur. Upaya ini bagian dari persiapan rehabilitasi pascapenambangan di kawasan tersebut.
Melalui Kebun Raya Purwodadi LIPI di Pasuruan, Jawa Timur, peneliti memperbanyak dan membuat bibit jenis-jenis tumbuhan lokal yang memiliki nilai konservasi dan ekologis penting. "Kalimantan masih menyimpan banyak potensi spesies baru maupun spesies langka dan terancam, yang sangat penting dilestarikan," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi R. Hendrian dalam diskusi di kantor LIPI Jakarta, Rabu, 9 September 2015.
Sebelum penambangan, riset dilakukan dengan menginventarisasi, menyelamatkan keanekaragaman tumbuhan, dan mengenali karakter ekologis dari kawasan hutan di sana. Hasil penelitian ini akan menjadi dasar bagi program rehabilitasi kawasan bekas tambang. "Pemulihan kawasan pascatambang diharapkan dapat dilakukan melalui prinsip konservasi dengan menggunakan spesies tumbuhan lokal," kata Hendrian.
Sejak 2010, LIPI bekerja sama dengan PT Indo Tambangraya Mega Tbk merehabilitasi kawasan bekas tambang di Bontang, Kalimantan Timur. Sampai saat ini, menurut peneliti ekologi dan biologi Konservasi LIPI, Siti Sofiah, ada sekitar 300 jenis tumbuhan yang ditanam lagi di sana, antara lain Ficus racemosa (pohon lo), Ficus septica (untuk obat), Ficus fistulosa, Vitex pinnata (laban), Canthium diccocum, dan Aquilaria malaccensis (gaharu).
Jenis tumbuhan itu merupakan bagian dari 600 jenis yang sebelumnya telah dikoleksi dan dikembangbiakkan di Kebun Raya Purwodadi. Anggrek saja dikoleksi sebanyak 75 jenis.
Dalam proses rehabilitasi mereka tidak langsung menanam tumbuhan di bekas lokasi tambang. "Kami lakukan tahap demi tahap sehingga tanah bisa menyediakan unsur hara bagi tumbuhan," kata Sofiah.
Dia mencontohkan, pada tahap awal, lahan bekas tambang ditanami lebih dulu tumbuhan yang bisa menyuburkan tanah. "Bila sudah dirasa subur baru ditanami tumbuhan yang lebih besar," kata dia. Kini sebuah pohon beringin sudah tumbuh setinggi dua meter selama dua tahun.
Pola konservasi yang menyeluruh dan berkesinambungan diharapkan akan dapat menghambat secara efektif laju kepunahan keanekaragaman tumbuhan di Indonesia.
“Kepunahan keanekaragaman plasma nutfah tumbuhan, merupakan kehilangan yang tak ternilai bagi ilmu pengetahuan,“ kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Enny Sudarmonowati. “Keanekaragaman jenis tumbuhan menyimpan potensi tak terbatas untuk kesejahteraan umat manusia di masa depan."
AHMAD NURHASIM