TEMPO.CO, Bandung - Suara mirip terompet dari langit yang pernah terdengar banyak orang di sejumlah negara, termasuk di Yogyakarta, diduga terkait kejadian gempa bumi besar. Kalangan ilmuwan menyebutkan bunyi-bunyian itu sebagai hum.
"Bunyi itu dimungkinkan jika diawali suatu kejadian gempa bumi besar," kata peneliti senior Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Bandung, Eddy Hermawan, di kantornya, Bandung, Senin, 28 September 2015.
Pada Mei 2015 diberitakan warga di sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat mendengar bunyi seperti terompet dari langit. Menurut Eddy dan timnya, bunyi itu berasal dari gempa bumi besar di Nepal, 25 April 2015. "Di Yogyakarta setelah gempa 2006 juga ada laporan mirip hum," ujarnya.
Penjelasan adanya bunyi ebsar itu muncul setelah timnya mengkaji jurnal internasional yang mengangkat topik Earth Hum. Jurnal itu berasal dari Nature volume 431 dan Journal of Geophysics Research berjudul Seismically Observed Seiching in the Panama Cana, yang ditulis McNamara Cs.
Dari contoh beberapa kasus serupa, hum pernah dilaporkan terdengar sekitar 800 orang di Bristol, Inggris, pada 1970, yang umumnya terjadi di kawasan sekitar tepi pantai. "Serupa tapi tak sama barangkali bisa dibandingkan dengan suara mirip "hum" di Yogyakarta setelah gempa 2006," kata Edy.
Mekanisme munculnya bunyi tersebut, menurut Eddy, adalah hasil interaksi antara gelombang suara akustik, gelombang gravitasi, dan gelombang seismik yang terjadi secara simultan dan terus menerus.
Ketika terjadi gempa, di dalam bumi terjadi pergeseran dan ambrolnya bebatuan sehingga menimbulkan ketiga gelombang secara bersamaan. Gelombang itu mencari celah keluar. "Ada yang merambat ke dalam laut, ada juga yang langsung ke atas langit," ucap Edy.
Gabungan ketiga gelombang yang muncul dari perut bumi itulah yang kemudian bisa terdengar ke permukaan karena terpantul. Pada gelombang yang langsung ke langit, pemantulnya adalah lapisan inversi yang berada di ketinggian sekitar 3.000 meter.
Lapisan itu seperti atmosfer yang tak terlihat. Buktinya saat munculnya kasus kabut asap, asap itu tidak tembus ke atas lebih dari 3 kilometer. Sehingga suara mirip terompet di atmosfer bukan fenomena independen, kata Eddy, melainkan hasil interaksi atmosfer dengan bumi.
ANWAR SISWADI