TEMPO.CO, Jakarta - Setelah dua bulan penuh tak diguyur hujan, malam ini hujan deras turun di beberapa daerah di Jakarta. Aroma udara yang segar dan bau tanah basah selalu muncul ketika hujan. Apa sebenarnya yang membuat aroma hujan menjadi begitu segar?
Sebelum menyentuh tanah, hujan sebetulnya hanyalah air yang tak berbau. Tapi, ketika air berinteraksi dengan tanah, muncul aroma hujan yang manis dan segar.
Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology mengungkap mekanisme terbentuknya aroma tersebut. "Aroma tersebut disebut petrichor," kata Cullen Buie, asisten profesor teknik mesin. Penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.
Nama tersebut diambil dari kata dalam bahasa Yunani. "Petra" berarti batu dan "ichor" mengacu pada cairan yang mengalir seperti darah di pembuluh darah para dewa. Fenomena aroma hujan yang ditandai dengan hujan ringan ini pertama kali diidentifikasi oleh dua ilmuwan Austria pada 1964.
Dua ilmuwan tersebut, tutur Buie, memang telah menemukan kenapa hujan beraroma segar dan meneliti kandungan kimia serta bakteri di dalamnya. Hanya, kedua ilmuwan tersebut tak membahas mekanisme bagaimana aroma tersebut merebak ke udara.
Melalui penelitiannya, Buie dan kawan-kawan penelitinya berusaha menerjemahkan mekanisme tersebut. "Saat tetesan hujan jatuh ke tanah, ada kantong air yang menangkap udara hujan," tuturnya dalam jurnal tersebut.
Pertemuan antara tetes air dan kantong tersebut menghasilkan gelembung dalam tanah. Gelembung tersebut kemudian bergerak cepat ke atas permukaan tanah. Pergerakan gelembung ini, menurut Buie, cepat seperti gelembung sampanye.
Setelah sampai ke permukaan, gelembung ini melepaskan partikel mikroskopis aerosol ke udara. "Aerosol ini yang membawa aroma hujan." Aerosol hanya menyebar selama beberapa mikrodetik.
Buie dan rekannya, Youngsoo Joung, memfilmkan hujan yang jatuh di 38 jenis permukaan, antara lain 12 bahan rekayasa dan 16 sampel tanah. Joung mengambil beberapa sampel tersebut dari sekitar kampus MIT dan di sepanjang Sungai Charles.
Keduanya mengamati proses tersebut menggunakan kamera berkecepatan tinggi. Menurut rekaman tersebut, kecepatan persebaran aerosol bergantung pada kecepatan jatuh dan sifat-sifat tanah.
Penelitian baru ini, menurut James Bird--pakar teknik mesin di Boston University--dapat membawa percakapan baru tentang pembentukan gelembung aerosol dari laut ke darat. "Penelitian ini juga menyediakan bagaimana mikroba dapat didorong melewati lapisan udara yang stagnan," ujar Bird, yang tak tergabung dalam penelitian.
Tak hanya menyebarkan unsur aromatik, peneliti menduga, aerosol juga menyebarkan virus dan bakteri dari tanah. Pekerjaan rumah yang harus dikejar ialah seberapa mudah dan jauh kontaminan tersebut dapat menyebar.
NATURE COMMUNICATIONS | LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB