Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

3 Mahasiswa Ini Sulap Limbah Kakao Jadi Pakan Ternak

Editor

Grace gandhi

image-gnews
Kakao yang sudah kering setelah dijemur di Desa Gantarang Keke, Sulawesi Selatan, 8 Mei 2015. Indonesia merupakan negara produsen kako terbesar ketiga di dunia. REUTERS/Yusuf Ahmad
Kakao yang sudah kering setelah dijemur di Desa Gantarang Keke, Sulawesi Selatan, 8 Mei 2015. Indonesia merupakan negara produsen kako terbesar ketiga di dunia. REUTERS/Yusuf Ahmad
Iklan

TEMPO.CO , Kendari: Kendari, Sulawesi Tenggara terkenal sebagai salah satu daerah penghasil kakao di Indonesia.

Sayangnya , para petani kakao di daerah ini baru memanfaatkan bijinya saja sedangkan kulitnya dibuang percuma karena dianggap limbah dan tidak memiliki manfaat.

Melihat kondisi ini, sejumlah mahasiswa dari Fakultas MIPA dan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari, pun melakukan penelitian. Dan hasilnya, kulit kakao yang dianggap limbah itu ternyata masih bisa dimanfaatkan menjadi pakan ternak alternatif bagi hewan ruminansia dan unggas.

Adalah Asmariany, Samriana, dan Herlin Nilwati, yang berhasil membuat limbah kulit kakao menjadi pakan ternak.

Samriana, ketua kelompok mahasiswa, ini mengatakan,awal mereka tertarik melakukan penelitian tersebut karena melihat kulit kakao yang terbuang begitu saja di Desa Andomesinggo, Kabupaten Konawe Selatan.

"Kami melihat di kebun warga itu banyak kulit kakao yang berserakan. Kami kemudian mencari literatur kira-kira apa yang bisa dilakukan dengan kulit kakao itu. Akhirnya kami tertarik untuk mengubahnya menjadi pakan ternak," kata  Samriana saat ditemui di Sport Centre Universitas Halu Oleo.

Samriana menjelaskan, untuk membuat pakan ternak dari kulit kakao tidak membutuhkan proses yang sulit. Pertama-tama, kulit kakao yang masih basah dikumpulkan kemudian dicacah dan diberikan suplemen organik cair (SOC) dan urea. SOC diketahui sebagai penyedia mikro organisme dan urea merupakan bahan makanan bagi mikro organisme tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setelah kulit kakao yang dicacah dicampur dengan SOC dan urea, campurannya kemudian disimpan di dalam plastik dan dibiarkan selama seminggu untuk proses fermentasi.

Kulit kakao yang telah berfermentasi, menurut Samriana, kemudian dijemur dan dihaluskan. Setelah halus produk tersebut siap untuk digunakan.

"Sejauh ini tanggapan warga di Desa Andomesinggo sangat baik. Kami sudah memberikan penyuluhan kepada mereka dan juga memberikan pelatihan terkait cara membuat pakan ternak dari kulit kakao ini," kata Samriana.

Dengan hasil temuan pakan alternatif ini, Samriana juga mengaku tidak keberatana jika ada warga dari wilayah lain yang ingin memanfaatkan penelitian mereka untuk memproduksi pakan ternak.

Dengan penelitian ini, akhirnya berhasil mengantarkan Samriana, Asmariany, dan Herlin Nilwati sebagai peserta dalam lomba Program Kreatifitas Mahasiswa Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-28 di Universitas Halu Oleo. Dalam kegiatan ini, 440 tim dari 112 perguruan tinggi di Indonesia turut meramaikan acara yang dihelat pada 5-9 Oktober 2015.

ROSNIAWANTY FIKRI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

14 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.