TEMPO.CO, Amerika Serikat - Pemanasan global dan perubahan iklim dunia telah membawa dampak nyata di Gunung Everest. Gletser di puncak tertinggi di dunia itu mulai meleleh dan membentuk danau-danau.
Hal ini disampaikan seorang profesor geomorfologi dari Universiy of Leeds, Inggris, Duncan Quincey. “Gletser-gletser mulai berubah dengan sangat cepat dan temuan kami membuktikan penyebabnya adalah iklim,” katanya seperti dilansir dari The Washington Post, Senin, 30 November 2015, waktu setempat.
Ia dan tim geolog dari Inggris baru saja kembali setelah menghabiskan tiga pekan di gletser Khumbu, yang terbentang 15-25 ribu kaki di atas permukaan laut. Quincey mengingat pemandangan yang ia saksikan bahwa genangan air dari es telah mencair.
Di area lain, mereka juga menemukan danau yang lebih luas, yakni daerah yang sebelumnya merupakan bentangan es kini menjadi kumpulan air seluas beberapa kali lapangan sepak bola. Bahkan, menurut Quincey, beberapa sangat dalam dan luas sehingga bisa diseberangi dengan perahu.
Pembentukan kolam ini sangat berbahaya. Air tak memiliki sifat memantulkan cahaya matahari seperti es. Mereka bahkan cenderung menyerapnya, yang berarti menghangatkan danau sekaligus es di sekitarnya. Volum air yang terus bertambah karena fenomena ini diperkirakan dapat melelehkan gletser dalam waktu cepat.
Bukan hanya di Khumbu, danau glasial yang telah ada sebelumnya, Tsho Rolpa, juga bertambah luas. Setengah abad yang lalu, luas danau ini tak mencapai 1 mil. Namun, saat tim Quincey mengamati danau tersebut, luasnya telah menjadi 2 mil dengan volume air hingga 100 juta kubik. Bila volume air terus naik, ada kemungkinan bendungan akan jebol dan air akan mengalir ke permukiman di kaki gunung.
“Inilah bahaya yang sebenarnya. Kami belum memiliki metode obyektif untuk pencegahan bahaya kemunculan danau-danau ini,” ujarnya. Diperkirakan 6.000 orang akan dilanda banjir bila air lelehan gletser menjebol danau dan bendungan alaminya.
Namun hal ini belum akan terjadi dalam waktu dekat. Quincey memperkirakan masih ada puluhan tahun kesempatan untuk mencegah kebanjiran terjadi.
Sebelumnya, International Centre for Integrated Mountain Development di Kathmandu, Nepal, pernah merilis penelitian terkait dengan pengaruh perubahan iklim terhadap gletser. Konon, 70 persen gletser terancam hilang pada abad ini karena suhu yang terus meningkat. Bila tak dicegah, angka lelehan gletser dapat mencapai 99 persen pada 2100.
WASHINGTON POST | THE CRYOSPHERE | URSULA FLORENE