Aplikasi Taponesia Tawarkan Bisnis Peduli Lingkungan

Reporter

Nur Haryanto

Editor

Erwin Prima

Selasa, 7 November 2017 13:54 WIB

Tim Taponesia dalam ajang Young Social Entrepreneurs 2017 yang diselenggarakan Singapore International Foundation di Singapura Jumat, 4 November 2017. Kredit: Tempo/Nur Haryanto

TEMPO.CO, Singapura – Nur Maulidiah El Fajr dan Tri Lestari mempunyai cara sendiri untuk ikut andil dalam menghijaukan kembali bumi Indonesia yang gersang, yaitu melalui aplikasi Taponesia: Tanam Pohon Indonesia.

Baca: Kunci Keberhasilan Aplikasi Ala Pengembang Fruit Ninja

Mereka baru saja mempresentasikan gagasannya mengenai model bisnis sekaligus peduli lingkungan itu kepada juri di ajang Young Social Entrepreneurs 2017.

Acara yang diselenggarakan oleh Singapore International Foundation pada Jumat 4 November 2017 itu, diikuti 16 tim yang terdiri dari 37 pemuda dari 10 negara. Meski dewan juri tak memilihnya sebagai salah satu yang mendapat pendanaan, namun ide cemerlang yang dimulai tim Taponesia sejak 2015 itu akan terus berlanjut.

“Ya kami telah bekerja sama dengan banyak pihak untuk mengembangkan Taponesia ke depannya,” kata Tri usai presentasi yang digelar di Suntec Singapore Convention and Exhibition Centre.

Taponesia menawarkan platform agroforestri digital yang membantu petani setengah menganggur. Pada saat yang sama juga memanfaatkan lahan kritis sekaligus menarik investor untuk memperoleh pendapatan yang berkelanjutan.

Kepedulian lingkungan mereka bermula dari data 5 juta hektare lahan subur yang kurang dimanfaatkan atau tidak produktif, sementara jutaan petani di sekitarnya menganggur.

Advertising
Advertising

Taponesia kemudian bermitra dengan Green Community Forum di Minahasa Utara, Sulawesi, untuk menyediakan 200 hektare lahan dan petani lokal dalam program platform mereka.

Taponesia dengan Green Community Forum juga menyiapkan bibit dan lahan. Bibit pohon yang dijual dipilih yang memiliki daya serap besar terhadap karbon. Pilihan itu jatuh pada pohon pala, pohon yang tak hanya diambil kayunya tetapi juga buahnya yang mempunyai nilai eknomois tinggi. “Pohon ini harganya Rp 1,5 juta per pohon,” kata Tri.

Pohon Pala termasuk dalam tumbuhan rempah dari Maluku. Buah pala yang dihasilkan selain sebagai penyedap rasa juga memiliki khasiat untuk pengobatan. Buah pala juga dikenal dalam dunia kecantikan dan berkhasiat untuk menghilangkan noda dan flek hitam serta menjaga kelembaban.

Harga buah pala di pasaran saat ini mencapai Rp 170 ribu per kilogram dan bisa berlipat-lipat ketika dalam bentuk minyak, yang dikenal dengan minyak atsiri yang harganya mencapai 600 ribu per liter. Di Indonesia, Pala sendiri telah diekspor hingga ke Eropa dan menjadi komoditas unggulan yang ditanam di Taponesia.

Selain punya nilai ekonomis tinggi, tanaman Pala dipilih karena bisa berbuah pada lima tahun pertama, kemudian setiap bulan bisa dipanen. Dalam satu hektare lahan, bisa ditanam 200 pohon pala.

Menurut Nur, bisnis yang dikembangkan Taponesia adalah mengajak perusahaan besar untuk mengalokasikan dana Corporate Social Responsibility untuk membeli pohon yang telah disiapkan. “Untuk saat ini kami masih melakukannya bisnis to bisnis, namun ke depannya kami akan mengembangkan untuk perorangan.”

Jean Tan, Direktur Eksekutif dari Singapore International Foundation, mengatakan bahwa ajang YSE 2017 ini akan menjadi batu loncatan bagi para wirausaha muda untuk memulai atau meningkatkan bisnis sosial mereka, menciptakan koneksi secara internasional, dan menjembatani perbedaan budaya untuk dunia yang lebih baik.

“Para pemuda masa kini banyak yang terdorong memiliki usaha sosial yang kuat dan kami ingin terlibat di dalamnya,” kata Jean Tan. “Hal ini memungkinkan mereka menjadi agen perubahan sosial yang positif antara Singapura dan seluruh dunia.”

Program yang diselenggarakan Singapore International Foundation ini didukung oleh sejumlah organisasi termasuk penyandang dana, antara lain Asia Philanthropic Ventures, Deutsche Bank dan Ngee Ann Development Pte Ltd dan mitra lokal serta lembaga internasional lainnya, seperti Ashoka, Intellecap, Ogilvy dan Mather, SAP, Singapore Management University, Tata Institute of Social Sciences, Unilever, Tsinghua University, dan YES Bank.

Sejak 2010, program YSE telah menghasilkan 700 alumni dari 27 negara. Program ini akan terus berlanjut dan pendaftaran baru untuk program YSE 2018 pun telah dibuka melalui situs mereka.

Baca: Tingkatkan Loyalitas Pelanggan, Aplikasi Pawoon Gandeng Ponta

Nur mengatakan tim aplikasi Taponesia beruntung bisa mengikuti program YSE 2017 yang digelar SIF karena mendapat banyak ilmu dari pelatihan yang dilakukan SIF. “Dari mentoring itu, kami disarankan untuk menjalankan bisnis ini dari B to B,” kata Nur.

NUR HARYANTO

Berita terkait

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

2 hari lalu

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

Kominfo mengaku telah mengatur regulasi terkait pelanggaran data pribadi oleh penyelenggara elektronik seperti TikTok.

Baca Selengkapnya

Apple Hapus Aplikasi yang Dapat Hasilkan Gambar Telanjang Menggunakan AI Generatif dari App Store

3 hari lalu

Apple Hapus Aplikasi yang Dapat Hasilkan Gambar Telanjang Menggunakan AI Generatif dari App Store

Apple telah secara aktif membangun reputasi untuk pengembangan AI yang bertanggung jawab, bahkan sampai melisensikan data pelatihan secara etis.

Baca Selengkapnya

Apple Singkirkan 3 Aplikasi AI yang Bisa Bikin Foto Telanjang dari App Store

3 hari lalu

Apple Singkirkan 3 Aplikasi AI yang Bisa Bikin Foto Telanjang dari App Store

Menurut keterangan Apple, tiga aplikasi AI itu melabeli dirinya sebagai generator seni. Sudah ada di App Store dua tahun.

Baca Selengkapnya

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

5 hari lalu

Alasan Militer Korea Selatan Bakal Larang Penggunaan iPhone dan Apple Watch

Militer Korea Selatan melarang anggotanya menggunakan iPhone bahkan Apple Watch. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

6 hari lalu

Konflik TikTok dengan AS Makin Panas: ByteDance Mau Jual?

Bagaimana nasib TikTok di AS pasca-konflik panas dan pengesahan RUU pemblokiran aplikasi muncul di sana?

Baca Selengkapnya

Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

7 hari lalu

Psikolog Sebut Perlunya Orang Tua Terapkan Aturan Jelas Penggunaan Ponsel pada Anak

Orang tua harus memiliki aturan yang jelas dan konsisten untuk mendisiplinkan penggunaan ponsel dan aplikasi pada anak.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

9 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

WhatsApp Kembangkan Fitur Kelola Jadwal, Tidak Ada Lagi Alasan Lupa

9 hari lalu

WhatsApp Kembangkan Fitur Kelola Jadwal, Tidak Ada Lagi Alasan Lupa

Fitur terbaru WhatsApp memudahkan pengguna untuk mengatur pengingat jadwal via grup.

Baca Selengkapnya

Indonesia AirAsia Tebar Promo Tiket 20 Persen untuk 28 Rute Internasional, Tiket Bisa Dipesan Hari ini

10 hari lalu

Indonesia AirAsia Tebar Promo Tiket 20 Persen untuk 28 Rute Internasional, Tiket Bisa Dipesan Hari ini

Maskapai penerbangan berbiaya hemat Indonesia AirAsia menawarkan promo hemat 20 persen untuk pembelian tiket penerbangan di 28 rute internasional.

Baca Selengkapnya

3 Cara Uninstall Aplikasi di Laptop untuk Windows 10

10 hari lalu

3 Cara Uninstall Aplikasi di Laptop untuk Windows 10

Menghapus atau uninstall aplikasi dapat meringankan beban sistem operasi laptop. Berikut cara uninstall aplikasi di laptop untuk Windows 10.

Baca Selengkapnya