Air Susu Ibu (ASI) Bukan Sekadar Nutrisi, Simak Hasil Riset Ini

Reporter

Afrilia Suryanis

Editor

Amri Mahbub

Senin, 11 Desember 2017 15:53 WIB

Ilustrasi Ibu menyusui. Shutterstock

TEMPO.CO, Dubai - Hasil riset terbaru mengungkap air susu ibu atau ASI tak hanya mengandung semua nutrisi penting yang dibutuhkan untuk perkembangan bayi, tapi juga berfungsi sebagai perisai terhadap berbagai penyakit. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi kesehatan internasional utama lainnya, pemberian ASI direkomendasikan minimal selama enam bulan.

"Kami menyarankan ibu untuk menyusui bayinya karena berbagai alasan dan manfaat, salah satunya adalah kepuasan emosional dan ikatan antara ibu dan anak," kata Dr Fozi Dakliah, konsultan neonatologis dan direktur tindakan medis Thumbay Hospital di Dubai, Uni Emirat Arab.

Tak hanya itu, sebuah studi longitudinal selama 10 tahun yang dilakukan American Psychological Association menemukan bahwa wanita yang menyusui anak-anak mereka lebih lama menunjukkan sensitivitas ibu yang lebih baik saat sang anak melewati masa bayi dan balita.

Menurut hasil temuan yang dipublikasi di jurnal Developmental Psychology, sensitivitas itu terus berlanjut. Bahkan, setelah memperhitungkan neurotisme maternal, sikap mengasuh anak, etnisitas, pendidikan ibu, dan kehadiran pasangan romantis.

"Sangat mengejutkan bagi kami. Bahwa durasi menyusui dapat memprediksi perubahan dari waktu ke waktu dalam kepekaan ibu," kata penulis utama studi tersebut, Jennifer Weaver, dari Boise State University, Idaho, Amerika Serikat.

Advertising
Advertising

Baca: Pemerintah Terbitkan Aturan Soal Air Susu Ibu

Sebenarnya, dalam penelitian sebelumnya diketahui terdapat hubungan antara kegiatan menyusui dan awal sensitivitas ibu. "Tapi penelitian itu tidak menunjukkan efek menyusui secara signifikan setelah periode pemberian ASI berakhir," kata Weaver.

Kepekaan ibu didefinisikan sebagai waktu sinkron dari respons ibu terhadap anaknya. Termasuk dalam hal ini adalah nada emosionalnya, fleksibilitasnya dalam perilakunya, dan kemampuannya untuk membaca isyarat anak. Peningkatan durasi menyusui menyebabkan sensitivitas ibu lebih besar dari waktu ke waktu.

"Itu berarti interaksi kedekatan yang dialami selama menyusui mungkin satu dari banyak cara ikatan untuk memperkuat hubungan antara ibu dan anak," ujar Weaver.

Para peneliti menganalisis data dari wawancara dengan 1.272 keluarga yang berpartisipasi dalam salah satu program dari Institut Nasional Studi Kesehatan Anak dan Perkembangan Manusia untuk Perawatan Anak Dini. Mereka direkrut dari 10 lokasi di Amerika Serikat, pada 1991, yakni ketika bayi mereka berumur satu bulan. Mereka mewawancarai para ibu yang menjadi bagian dari sampel penelitian awal.

Sampel tersebut mencakup sebagian besar orang tua berpendidikan rendah, yakni 30 persen, tidak memiliki pendidikan tinggi, dan keluarga etnis minoritas, yakni 13 persen adalah orang Afrika-Amerika.

Baca: Kamboja Larang Ekspor Air Susu Ibu

Dalam penelitian ini, sampel penelitian itu adalah wanita yang memberikan ASI rata-rata 17 minggu. Sekitar kurang dari 1 persen pemberian ASI selama 24 bulan dan yang terakhir, 29 persen, tidak menyusui sama sekali.

Para periset kemudian mewawancarai dan merekam keluarga di rumah mereka secara berkala sampai anak mereka berusia 11 tahun. Mereka dilibatkan dalam berbagai kegiatan penelitian untuk mengetahui interaksi mereka dengan anak-anaknya saat bermain bebas dan mencari pemecahan masalah sesuai dengan usianya. Pada kunjungan enam bulan, misalnya. Orang tua dan bayi bermain dengan seperangkat mainan dan, ketika anak-anak berusia empat tahun, mereka akan menyelesaikan labirin bersama-sama.

Kemudian, ketika anak-anak berada di kelas lima, para ibu berbicara kepada anak mereka tentang kemungkinan pertengkaran, dan juga bekerja sama dengan anak mereka untuk membangun menara dari tusuk gigi.

Hasilnya, periset menilai kualitas interaksi kolaboratif, seperti tingkat dukungan ibu, menghormati otonomi, dan tingkat permusuhan anak-anaknya. Peran ayah sendiri dianggap nol dalam korelasi antara rentang masa menyusui ibu dan kepekaan pria terhadap anak mereka. Namun Weaver menegaskan, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi pengalaman ikatan ibu dan anak pada wanita yang tidak mampu menyusui.

"Pada akhirnya, saya berharap bahwa kita akan melihat menyusui sebagai faktor pengasuhan yang lebih dekat, tidak hanya sebagai pertimbangan kesehatan, tapi juga memungkinkan kita untuk lebih memahami peran yang dapat dimainkan oleh menyusui dalam kehidupan keluarga," kata Weaver.

Baca: Mana Lebih Pintar, Anjing atau Kucing? Simak Hasil Riset Ini

Simak hasil riset menarik lainnya tentang air susu ibu hanya di Tempo.co.

DEVELOPMENT PSYCHOLOGY | SCIENCE DAILY | GULF NEWS

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

9 jam lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

5 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

46 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

46 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

46 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya