Riset: Tulang Manusia Modern Kian Rapuh

Reporter

Tempo.co

Editor

Amri Mahbub

Selasa, 8 Mei 2018 09:35 WIB

Tulang Manusia Modern Lebih Ringan

TEMPO.CO, New York - Riset mengungkap tulang manusia modern tidak sekuat milik para leluhur. Tulang manusia modern tidak sepadat milik nenek moyang kita 1.000 tahun silam atau lebih, terutama pada sendi di seluruh kerangka. Perubahan pola hidup dari pemburu-pengumpul ke bertani diyakini menyebabkan tulang manusia menjadi lebih rapuh.

"Sejak menetap dan bertani, manusia telah meninggalkan kebiasaan hidup berpindah-pindah. Kondisi ini membuat tulang mereka melemah," kata pemimpin penelitian, Habiba Chirchir, seperti dikutip United Press International.

Chirchir dan tim peneliti di Museum Sejarah Alam Smithsonian pertama kali memperhatikan perbedaan struktur tulang ini saat menganalisis tulang primata dan manusia. Mereka melihat bahwa ujung tulang manusia-bagian dekat sendi yang terbuat dari tulang trabecular-kurang padat dan hampir seperti busa. Hal ini berbeda jika dibanding tulang primata.

Dalam percobaan lanjutan, tim peneliti menganalisis kepadatan tulang manusia dari masa ke masa. Tulang-tulang itu dirontgen dengan sinar-X dan dipindai menggunakan magnetic resonance imaging (MRI). Mereka berfokus pada struktur internal tulang, seperti tulang trabecular atau spons tulang, bagian yang memberi kekuatan tambahan pada tulang.

Baca juga: Riset Terbaru: Cokelat Mungkin Punah pada 2050

Advertising
Advertising

Colin Shaw, anggota tim peneliti dari University of Cambridge di Inggris, mengatakan tulang trabecular memiliki kelenturan yang jauh lebih besar dibanding tulang lainnya. Struktur dan bentuknya mudah berubah ketika mendapat beban di atasnya, dari silindris hingga menebal seperti piringan. Pada manusia pemburu-pengumpul, nyaris semua tulang menebal.

Hasil pengamatan menunjukkan manusia purba memiliki tulang trabecular yang jauh lebih padat daripada manusia modern. Kepadatan tulang pada manusia pemburu-pengumpul berusia 7.000 tahun ternyata 20 persen lebih besar dibanding tulang petani kuno berumur 700 tahun. "Makin sering digunakan, tulang menjadi lebih padat dan kuat," kata Shaw seperti dikutip dari laman Techtimes.com.

Chirchir awalnya mengira manusia mengembangkan tulang yang kurang berbobot ketika pertama kali bermigrasi keluar dari Afrika. Dalam hipotesisnya, ia menduga tulang yang kurang padat akan membuat perjalanan lebih mudah. Namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa tulang yang kurang padat baru dijumpai sejak 12 ribu tahun lalu, lebih jauh dari waktu yang diperkirakan.

Tim peneliti, dalam artikel yang dimuat dalam jurnal PNAS, menyatakan kehidupan manusia purba jauh lebih berat dibanding manusia yang lebih modern. Mereka harus menghadapi lingkungan yang keras. Sebagai pemburu dan pengumpul makanan, pola hidup manusia purba masih berpindah-pindah, mengikuti keberadaan hewan buruan.

Baca juga: Apa Hubungan Jabat Tangan dan Bakteri? Simak Riset Ini

Kondisi mulai berubah saat manusia menemukan cara menanam tanaman. Manusia yang lebih modern mulai mempelajari cara bertani. Dengan sumber makanan yang lebih stabil, manusia mulai tinggal menetap, tidak lagi berpindah tempat untuk berburu. Alhasil, perubahan pola aktivitas ini telah mempengaruhi kualitas tulang pada manusia modern.

Penelitian terhadap kerangka manusia telah dimulai sejak ratusan tahun lalu. Namun, temuan Chirchir merupakan yang pertama menggambarkan bahwa tulang manusia modern lebih rapuh pada bagian sendi di seluruh kerangka. "Bahkan pada petani kuno yang aktif mengerjakan tanah," kata Brian Richmond, anggota tim peneliti dari George Washington University.

Tren semakin rapuhnya tulang manusia tidak akan banyak berubah. Evolusi hominid selama 7 juta tahun telah menempa tubuh manusia purba lewat aktivitas fisik yang berat. Sebaliknya, kehidupan manusia modern semakin mudah karena beradaptasi dengan kemajuan teknologi, terutama 50-100 tahun terakhir. "Manusia berevolusi tidak hanya untuk duduk di mobil atau di depan meja," ujar Chirchir.

Baca juga: Anda Kurang Bercinta? Ini Dampaknya ke Tubuh Menurut Sains

Simak riset menarik lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.

UNITED PRESS INTERNATIONAL | TECHTIMES.COM | PNAS

Berita terkait

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

20 jam lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

6 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

46 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

46 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

46 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya