Likuifaksi di Palu Ternyata Sudah Diprediksi Sejak 2012

Kamis, 4 Oktober 2018 08:30 WIB

Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengunjungi lokasi yang rusak akibat gempa dan likuifaksi di kawasan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu, 3 Oktober 2018. Kunjungan tersebut untuk melihat penanganan pascagempa dan tsunami Palu dan Donggala terkait evakuasi, listrik, BBM, logistik, dan penanganan korban luka-luka. ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Bandung - Fenomena likuifaksi di Palu sebetulnya sudah diprediksi sebelumnya. Dan prediksi tersebut sudah dibuat sejak 2012.

Baca juga: Ahli Geologi AS: Ini Likuifaksi Paling Menyeramkan

"Di dalamnya ada keterangan sangat tinggi, tinggi, dan rendah. Itu probabilitas kejadiannya. Kalau tinggi, dia berpotensi sekali terjadi likuifaksi," kata peneliti Geologi Teknik dari Pusat Air Tanah Dan Geologi Lingkungan Badan Geologi, Taufik Wira Buana, saat dihubungi Tempo, Rabu, 3 Oktober 2018.

Riset tahun 2012 itu menghasilkan Peta Zona Bahaya Likuifaksi untuk daerah Palu dan sekitarnya. Peta tersebut sudah diserahkan pada pemda setempat.

Baca juga: Kampung Petobo Hilang, LIPI: Ciri Rawan Likuifaksi Sulit Dilihat

Advertising
Advertising

"Harapan kami, pemda bisa mendapat informasi tentang masalah bencana geolgoi. Salah satunya likuifaksi. Tujuannya, agar aspek bencana geologi bisa jadi acuan pemda ketika menyusun penataan ruang," kata dia. "Kewajiban kami ketika riset sudah selsai menyerakan hasilnya pada pemda. Masalah pelaksanannya itu kewenangan mereka."

Taufiq mengatakan, ada tiga keterangan dalam peta tersebut yakni sangat tinggi, tinggi, dan sangat rendah-rendah. Ketiganya menggambarkan probabilitas terjadinya likuifaksi. "Yang sangat tinggi memang berpotensi sekali terjadi likuifaksi," kata dia.

Peta semacam itu disusun dengan memperhitungkan dua faktor. Yakni pemicu dan faktor kondisi kekuatan tanah dalam menahan gempa. Peta potensi likuifaksi di daerah Palu saat itu masih mempergunakan SNI tahun 2010.

Baca juga: LAPAN Upayakan Citra Satelit Resolusi Tinggi Likuifaksi Donggala

Faktor pemicu gempa misalnya, secara teoritis likuifaksi dipicu oleh gempa dengan kekuatan magnitudo 7,5. "Tapi pada kondisi faktanya, gempa di atas magnitudo 6 bisa menyebabkan likuifaksi," kata Taufiq. Sejumlah peristiwa gempa dengan kekuatan M 6 di Jogja, Padang, serta terakhir di Lombok menghasilkan fenomena likuifaksi.

Meski begitu, Taufiq mengatakan, tidak semua gempa memicu likuifaksi. Kekuatan gempa itu harus lebih besar dair kekuatan tanah. "Kalau pemicu gempa itu bisa menggoyahkan kekuatan tanah, baru bisa terjadi likuifkasi," kata dia.

Menuru Taufiq, Palu menjadi salah satu daerah yang menjadi pilihan untuk penelitian potensi likuifaksi karena keberadaan sesar Palu-Koro. "Palu dekat dengan sumber gempa. Dan sesar Palu-Koro, beberapa ahli sudah menyatakan itu termasuk yang aktif bergerak. Berpotensi besar gempanya," kata dia.

Sementara faktor kondisi kekuatan tanah berkaitan dengan kondisi geologi tanahnya. Umumnya likuifaksi terjadi dengan syarat kondisi tanahnya tersusun dari endapan aluvium yang sifatnya lepas. Di bagian kota Palu sendiri umumnya terdiri dari jenis batuan pasir, kerikil, lanau, dan lempung. "Dominasinya kalau di Palu itu pasir," kata Taufiq.

Baca juga: Foto Udara Jejak Likuifaksi Akibat Gempa Palu Donggala

Syarat itu tidak cukup. Tanah dengan sifat lepas seperti aluvium itu harus jenuh air. Palu memeuhi syarat tersebut. "Kondisi tanahnya jenuh air. Ini ditandai dengan muka air tanahnya dangkal. Estimasinya kurang dari 10 meter," kata Taufiq. "Beberapa daerah dengan kondisi air tanah kurang dari 10 meter termasuk dangkal. Dan cenderung memberikan likuifaksi."

Likuifaksi secara sederhana adalah proses hilangnya kekuatan tanah, daya dukung tanah, karena proses pencairan atau pembuburan akbait efek guncangan gempa bumi. Efek likuifaksi ada yang bersifat lokal dan ada yang menjangkau dalam area yang luas.

Pertama, yang lokal, akan terjadi dalam spot-spot. Pengaruhnya tidak luas. "Merusak pondasi bangunan yang ada di sektiarnya," kata Taufiq. Sementara likuifaksi yang menjangkau areal luas umumnya terjadi karena disertai gerakan tanah. Dua fenomena yakni likuifaksi dan gerakan tanah ini saling berkaitan. Pada peristiwa gempa Palu M 7,4 likuifaksi yang memicu gerakan tanah terjadi di Balaroa dan Petobo di Kota Palu.

Taufiq mengatakan, Balaroa dan Petobo di Palu termasuk dalam daerah yang berpotensi terjadi likuifaksi. “Balaroa potensi tinggi. Sedangkan Petobo sangat tinggi di peta tersebut,” kata dia.

Dia menyimpulkan likuifaksi dalam skala luas yang terjadi di Balaora dan Petobo diduga jenis likuifaksi yang memicu gerakan tanah. "Itu dilihat dari video yang beredar. Sudut pandang saya terbatas. Itu baru dugaan," kata dia.

Baca juga: Begini Dampak Likuifaksi Saat Gempa Palu

Simak artikel menarik lainnya seputar fenomena likuifaksi di Palu hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Tsunami dan Gempa Palu Donggala 2018 dalam Angka: Korban, Daya Rusak, dan Lainnya

29 September 2023

Tsunami dan Gempa Palu Donggala 2018 dalam Angka: Korban, Daya Rusak, dan Lainnya

Gempa Palu Donggala pada 28 September 2018 adalah bencana yang sangat patut untuk dikenang. Lantas berapa korban, rumah rusak, dan hal lainnya?

Baca Selengkapnya

Fenomena Likuifaksi di Gempa Palu 5 Tahun Lalu, Mengenal Likuifaksi

29 September 2023

Fenomena Likuifaksi di Gempa Palu 5 Tahun Lalu, Mengenal Likuifaksi

Likuifaksi seperti di gempa Palu adalah bencana yang dapat datang kapan saja. Sering kali disertai gempa dan tsunami menjadikannya sangat berbahaya.

Baca Selengkapnya

BNPB Sebut Lumpur Bergerak Usai Gempa Pasaman Bukan Likuifaksi

27 Februari 2022

BNPB Sebut Lumpur Bergerak Usai Gempa Pasaman Bukan Likuifaksi

BPBD Kabupaten Limapuluh Kota, telah melakukan kaji cepat dan pemetaan melalui udara soal kejadian usai gempa Pasaman tersebut

Baca Selengkapnya

Gempa Palu 2018, Gedung Rusun Berbahaya Belum Juga Dibongkar

10 Februari 2022

Gempa Palu 2018, Gedung Rusun Berbahaya Belum Juga Dibongkar

Bangunan itu rusak karena dampak guncangan gempa pada 28 September 2018 yang menewaskan lebih dari dua ribu orang.

Baca Selengkapnya

Profesor Gempa Hitung Lebih dari 2.500 Kejadian Gempa di Indonesia Setiap Tahun

27 Desember 2021

Profesor Gempa Hitung Lebih dari 2.500 Kejadian Gempa di Indonesia Setiap Tahun

Bisa ditebak, gempa dengan kekuatan di atas magnitudo 6,5 itu paling banyak terjadi di wilayah Indonesia Timur daripada Barat.

Baca Selengkapnya

Perempuan Peneliti Bencana dari BRIN Dapat Leadership Awards

14 Oktober 2021

Perempuan Peneliti Bencana dari BRIN Dapat Leadership Awards

Penghargaan ini merupakan ajang pengakuan kepada para perempuan yang memberi kontribusi dalam upaya pengurangan risiko bencana di Asia Pasifik.

Baca Selengkapnya

PVMBG: Gempa Tojo Una-una Berpotensi Bahaya Ikutan Likuifaksi

26 Agustus 2021

PVMBG: Gempa Tojo Una-una Berpotensi Bahaya Ikutan Likuifaksi

Likuifaksi terjadi dipicu guncangan gempa kuat pada tanah yang dominan pasir, jenuh air, muka air tanah dangkal berkedalaman kurang dari 15 meter.

Baca Selengkapnya

Tanah Bergerak di Aceh Besar, Gubernur Minta Petunjuk Peneliti

28 Januari 2021

Tanah Bergerak di Aceh Besar, Gubernur Minta Petunjuk Peneliti

Gubernur Aceh Nova Iriansyah berharap fenomena tanah bergerak hanya tanah longsor biasa.

Baca Selengkapnya

Setahun Gempa Palu, Warga Cerita Detik-detik Likuifaksi

19 September 2019

Setahun Gempa Palu, Warga Cerita Detik-detik Likuifaksi

Likuifaksi yang terjadi saat gempa Palu setahun lalu, tepatnya 28 September 2018, membuat tanah bergeser hingga menyebabkan seluruh permukiman hancur.

Baca Selengkapnya

Setahun Gempa Palu, Desa Bekas Likuifaksi Seperti Desa Mati

18 September 2019

Setahun Gempa Palu, Desa Bekas Likuifaksi Seperti Desa Mati

Warga dilarang bermukim di zona likuifaksi setelah gempa Palu mengguncang tahun lalu. Desa Jono Oge yang terdampak kini terlihat seperti desa mati.

Baca Selengkapnya