PVMBG Ungkap 3 Faktor Penyebab Longsor Sukabumi

Selasa, 1 Januari 2019 15:23 WIB

Warga bersama dengan petugas Basarnas dan TNI mencari korban yang tertimbun reruntuhan bangunan akibat longsor di Desa Sirnaresmi, Sukabumi, 1 Januari 2019. Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mencatat, sebanyak 41 orang diduga masih tertimbun longsoran. Twitter/@basarnas

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani menyatakan ada tiga faktor yang bisa menyebabkan longsor Sukabumi menjelang Tahun Baru.

Baca: Korban Longsor Sukabumi: 5 Tewas, 38 Orang Masih Tertimbun

Tiga faktor penyebab terjadinya gerakan tanah itu adalah hujan dengan intensitas tinggi yang turun sebelum kejadian gerakan tanah, kemiringan lereng yang terjal. "Serta material penyusun lereng yang bersifat poros dan mudah menyerap air," ujarnya.

Lokasi longsor di daerah Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan perbukitan dengan dengan kemiringan lebih dari 30 derajat atau termasuk lereng terjal hingga sangat terjal. Lokasi bencana berada pada ketinggian lebih dari 650 - 800 meter di atas permukaan laut. Di sebelahnya terdapat alur sungai kecil.

Berdasarkan Peta Potensi Terjadi Gerakan Tanah Kabupaten Sukabumi Desember 2018 keluaran PVMBG, daerah bencana sebagian besar masuk ke dalam Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah - Tinggi. "Artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal," ujarnya, Selasa, 1 Januari 2019.

Advertising
Advertising

Gerakan tanah itu terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Longsor melanda pemukiman warga di Kampung Cimapag, Desa Sinaresmi, Kecamatan Cisolok,
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, Senin sore, 31 Desember 2018 setelah hujan mengguyur selama beberapa jam.

Jenis gerakan tanah diperkirakan PVMBG berupa longsoran bahan rombakan. Dampaknya, material longsoran menimbun 34 rumah yang dihuni 107 orang. Sebanyak 33 orang dilaporkan selamat, selebihnya ada yang meninggal dan kebanyakan belum diketahui nasibnya.

Daerah tersebut dinilai masih sangat rawan terjadi lagi gerakan tanah dan bukit di daerah tersebut mempunyai kemiringan lereng lebih dari 30 derajat. PVMBG mengerahkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi untuk melakukan evaluasi bencana di sekitar lokasi terhadap potensi longsoran susulan.

Ahli dan peneliti longsor dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Bandung Adrin Tohari mengatakan,
longsoran yang terjadi bertipe luncuran yang berubah menjadi aliran karena tanah sangat jenuh air akibat hujan lebat. "Kecepatan longsoran tipe aliran bisa mencapai 50 kilometer per jam," ujarnya.

Longsoran terjadi pada lereng planar yang dikontrol oleh lapisan tanah keras dan membentuk cekungan di bawah permukaan tanah. Bentuk cekungan ini mengontrol aliran air bawah permukaan yang akan meningkat naik dan menjenuhkan lapisan tanah ketika hujan deras. "Kondisi tanah yang gembur mengakibatkan bagian lereng tersebut kemudian longsor," katanya.

Simak artikel lainnya tentang longsor Sukabumi di Tempo.co.

Berita terkait

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

12 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

14 jam lalu

Ancaman dari Erupsi Gunung Ruang, 2 Desa Akan Dikosongkan Permanen

Sebanyak dua desa di Gunung Ruang di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, bakal dikosongkan.

Baca Selengkapnya

Erupsi Setinggi 2 Kilometer, Gunung Ruang Kembali Bestatus Awas

2 hari lalu

Erupsi Setinggi 2 Kilometer, Gunung Ruang Kembali Bestatus Awas

Gunung Ruang kembali meletus dan mengeluarkan kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari atas puncak.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

2 hari lalu

Aktivitas Meningkat Lagi, Gunung Ruang Kembali Berstatus Awas per Hari Ini

Dengan naiknya status aktivitas Gunung Ruang tersebut, daerah bahaya kembali diperlebar menjadi radius 6 kilometer. Termasuk waspada potensi tsunami

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Peringatan Waspada Banjir Jateng, 3 Sesar Aktif di Sekitar IKN, Redmi Pad SE

5 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Peringatan Waspada Banjir Jateng, 3 Sesar Aktif di Sekitar IKN, Redmi Pad SE

Topik tentang BMKG mengimbau warga Jawa Tengah waspada potensi banjir dan tanah longsor menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi Penyebab Longsor di Garut, 3 Orang Tertimbun Ditemukan Meninggal

5 hari lalu

Curah Hujan Tinggi Penyebab Longsor di Garut, 3 Orang Tertimbun Ditemukan Meninggal

Selain korban jiwa, beberapa bangunan dan satu unit fasilitas beribah rusak berat akibat bencana longsor.

Baca Selengkapnya

Hujan Deras Sejak Kamis Sore, Tiga Warga Kabupaten Garut Tertimbun Longsor

6 hari lalu

Hujan Deras Sejak Kamis Sore, Tiga Warga Kabupaten Garut Tertimbun Longsor

Curah hujan tinggi mengguyur wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, sejak Kamis sore. Tiga warga tertimbun longsor di dalam rumahnya.

Baca Selengkapnya

Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Ruang Tersisa Sepekan, Pendataan Masyarakat Masih Jadi PR

10 hari lalu

Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Ruang Tersisa Sepekan, Pendataan Masyarakat Masih Jadi PR

BNPB mencatat masih ada pekerjaan rumah pada pendataan masyarakat yang terkena dampak bencana erupsi Gunung Ruang, Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Turunkan Status Gunung Ruang dari Awas Menjadi Siaga

10 hari lalu

Badan Geologi Turunkan Status Gunung Ruang dari Awas Menjadi Siaga

Penurunan status tersebut seiring dengan menurunnya aktivitas gempa vulkanik Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Terus Dilakukan, Letusan Masih Terjadi

10 hari lalu

Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Terus Dilakukan, Letusan Masih Terjadi

Erupsi Gunung Ruang masih terjadi secara berkala dan menyemburkan abu vulkanik yang dapat berisiko bagi kesehatan masyarakat.

Baca Selengkapnya