Everest Mencair Akibat Perubahan Iklim, Jasad Pendaki Bermunculan

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Senin, 25 Maret 2019 14:36 WIB

Lokasi terkenal di Puncak Everest, Hillary Step, telah ambruk. Kredit: Everest Expedition/Daily Mail

TEMPO.CO, Jakarta – Hampir satu abad lamanya, mendaki Gunung Everest adalah tantangan bagi pendaki dari seluruh dunia, termasuk merenggut nyawa.

Baca: Dua Mahasiswi Indonesia Berhasil Mencapai Puncak Everest

Gunung setinggi 29 ribu kaki, setara dengan 8 kilometer di atas permukaan laut (kmdpl) itu memiliki tekanan udara yang tinggi dan udara yang tipis, menyulitkan pendaki untuk bernapas, permukaan yang curam, menyulitkan pendaki untuk berpindah dari shelter ke shelter lain.

Titik perkemahan tertinggi yang pada ketinggian 26 ribu kaki (7 kilometer), dijuluki sebagai zona kematian, karena banyak pendaki yang tidak bertahan, seperti kesulitan bernapas dalam dua hingga tiga hari ke depan.

Pendakian Everest dimulai sejak tahun 1922 dan mencatatkan rata-rata tiga ratus orang meninggal dunia pada zonasi tertinggi atau area kematian. Kematian tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti tertimpa longsoran salju, terjatuh, kelelahan, hingga hipotermia.

Advertising
Advertising

Tidak berhenti sampai di situ, jenazah pendaki akan mengalami mumifikasi seiring dengan suhu dan embusan ekstrem. Selama proses evakuasi, penyelamat harus mengeluarkan jenazah dari es, dan bobot mayat naik dua kali lipat. Proses ini sangatlah sulit, setidaknya dalam satu tim, terdapat delapan orang.

Menurut penduduk setempat, penemuan jenazah-jenazah pendaki Everest tahun lalu disebabkan oleh perubahan iklim. Seiring peningkatan suhu, mencairnya gletser tidak terhindarkan, khususnya daerah Khumbu di mana jenazah terbanyak ditemukan.

Penyebabnya, banyak yang terjatuh atau terkena longsoran salju. Titik pendakian Khumbu dikenal sebagai titik paling berbahaya, terlebih dengan adanya lapisan es yang tipis. Sebenarnya “penemuan-penemuan” mayat ini adalah peringatan akan bahayanya es yang mencair akibat perubahan iklim.

Simak artikel lainnya tentang Gunung Everest di kanal Tekno Tempo.co.

PANJI MOULANA | FORBES | THE SUN

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

12 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

2 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

5 Syarat Naik Gunung Rinjani dan Cara Daftar Pendakiannya

8 hari lalu

5 Syarat Naik Gunung Rinjani dan Cara Daftar Pendakiannya

Untuk mendaki Gunung Rinjani ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Berikut ini beberapa syarat naik gunung Rinjani.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

13 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

14 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

14 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

19 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya