Dua Orang di AS Dilaporkan Meninggal Terkait Vape
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Senin, 9 September 2019 17:34 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Rokok elektrik atau biasa disebut vape kembali menelan korban jiwa di Amerika Serikat. Menurut Otoritas Kesehatan Oregon, sudah ada dua orang telah meninggal karena penyakit paru-paru yang berhubungan dengan vaping.
Laman Livescience, 5 April 2019, menyebutkan lebih dari 200 pasien di seluruh AS- kebanyakan remaja dan orang muda- telah dirawat di rumah sakit karena penyakit pernapasan terkait vaping dalam beberapa bulan terakhir. Penyebab penyakit, dan apakah mereka terkait dengan merek atau bahan kimia tertentu dalam rokok elektronik yang sedang dihisap, adalah pertanyaan yang masih diselidiki. Hanya satu kematian lain telah dilaporkan sehubungan dengan penyakit-penyakit ini, pada seorang pasien di Illinois.
Sekarang, pihak berwenang telah mengidentifikasi pasien kedua, seorang di Oregon, yang meninggal pada Juli 2019 karena penyakit seperti itu. Pasien dilaporkan telah menggunakan rokok elektrik atau alat vaping yang berisi ganja.
Pejabat kesehatan baru-baru ini mengidentifikasi kontaminan umum di beberapa produk ganja yang digunakan oleh pasien di seluruh negeri - minyak yang berasal dari vitamin E, menurut The Washington Post. Tetapi masih belum jelas apakah ini penyebab atau salah satu penyebab penyakit.
Pasien Oregon, yang usia dan jenis kelaminnya tidak terungkap, dilaporkan memiliki gejala yang mirip dengan kasus penyakit vaping lainnya yang dilaporkan. Otoritas kesehatan masyarakat meminta dokter untuk waspada terhadap tanda-tanda penyakit pernapasan parah pada pasien yang baru-baru ini menggunakan produk tersebut - yang mungkin termasuk sesak napas, batuk, nyeri dada, muntah, diare, kelelahan, demam, atau penurunan berat badan.
Baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mengeluarkan pernyataan yang menyarankan agar tidak menggunakan rokok elektronik saat penyelidikan sedang dilakukan. Bahkan terlepas dari investigasi yang sedang berlangsung, remaja, wanita hamil atau orang dewasa yang saat ini tidak menggunakan produk tembakau seharusnya tidak menggunakan e-rokok, kata mereka.
Di Indonesia sampai 2018, tidak kurang dari 1,2 juta orang menggunakan vape. Menurut Ketua Bidang Organisasi APVI atau Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia, Garindra Kartasasmita, tahun ini diperkirakan jumlah bertambah 1 juta orang.
Sejauh ini belum ada data dari pemerintah Indonesia menyangkut dampak penggunaan vape ini.
LIVESCIENCE | BISNIS.COM