Riset OECD: Murid Indonesia yang Mampu Matematika 1 Persen

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 5 Desember 2019 00:05 WIB

Sejumlah siswa SMA Negeri 4 Medan berada di luar kelas menunggu jaringan kembali normal sementara siswa lainnya mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) hari pertama, di Medan, Sumatera Utara, Senin, 1 April 2019. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan atau OECD merilis hasil Program Penilaian Siswa Internasional biasa disingkat PISA 2018 di Paris, Selasa, 3 Desember 2019.

Program tersebut menilai kemampuan membaca, matematika dan sains siswa berumur 15 tahun di 79 negara. Penilaian tersebut dilakukan tiap tiga tahun sekali.

Pada penilaian PISA 2018, Cina melesat menempati peringkat pertama, menggeser Singapura yang kali ini menempati peringkat kedua.

Bagaimana dengan Indonesia? Hasilnya tidak jauh berbeda sejak pertama kali mengikuti penilaian internasional tersebut pada 2001. Indonesia konsisten berada pada posisi papan bawah.

Skor kemampuan siswa Indonesia dalam membaca 371, jauh di bawah rata-rata OECD yakni 487. Untuk skor matematika yakni 379, sedangkan skor rata-rata OECD 487. Untuk sains skor siswa Indonesia yakni 389, jauh di bawah skor rata-rata OECD yakni 489.

Laporan OECD tersebut juga menunjukkan bahwa sedikit siswa Indonesia yang memiliki kemampuan tinggi dalam satu mata pelajaran, dan pada saat bersamaan sedikit juga siswa yang meraih tingkat kemahiran minimum dalam satu mata pelajaran.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, meminta agar tidak mengesampingkan penurunan skor PISA Indonesia tersebut. "PISA merupakan konfirmasi dari masalah literasi yang sebenarnya, yang sudah kita ketahui bersama," kata Nadiem.

Mendikbud juga menambahkan bahwa perlu adanya langkah-langkah strategis yang dilakukan, untuk menindaklajuti hasil PISA tersebut.

Dari hasil PISA tersebut, terungkap bahwa hanya 30 persen anak Indonesia yang memiliki kemampuan membaca tingkat dua. Jauh dari rata-rata OECD yakni 77 persen. Kemampuan membaca tingkat dua tersebut, contohnya seperti dapat mengidentifikasi ide utama dalam teks sedang hingga panjang, sampai mencari informasi berdasarkan kriteria eksplisit.

Untuk bidang matematika, hanya 28 persen siswa Indonesia yang mencapai kemahiran tingkat dua, yang mana rata-rata OECD yakni 76 persen. Dalam tingkatan itu, siswa dapat menafsirkan dan mengenali tanpa adanya instruksi langsung dan mengetahui bagaimana situasi dapat direpresentasikan secara matematis.

Siswa Indonesia yang menguasai kemampuan matematika tingkat tinggi (tingkat lima ke atas) hanya satu persen, sedangkan rata-rata OECD sebanyak 11 persen.

Untuk bidang sains, sekitar 40 persen siswa Indonesia mencapai level dua, bandingkan dengan rata-rata OECD yakni 78 persen. Pada kemampuan tingkat dua, siswa dapat mengenali penjelasan yang benar untuk fenomena ilmiah yang dikenal dan dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi, dalam kasus-kasus sederhana.

Hasil kajian PISA tersebut, juga mengungkap bahwa anak-anak yang beruntung atau secara ekonomi mampu lebih unggul dari anak-anak yang kurang mampu.

Contohnya dalam kemampuan membaca, anak-anak dari keluarga mampu unggul dengan skor 52 pada PISA. Anak-anak keluarga mampu juga lebih unggul di matematika dan sains.

Hanya sekitar 14 persen, siswa kurang beruntung yang sanggup meraih kemampuan skor tinggi dalam kemampuan membaca.

Dari laporan itu terungkap, bahwa 64 persen siswa dari keluarga miskin bersekolah di sekolah yang kurang baik pula, kekurangan guru dan bahan ajar.

Kondisi tersebut berbeda dengan anak-anak dari keluarga mampu, yang memiliki kemampuan baik, bersekolah di sekolah yang baik pula, dan memiliki guru yang bersertifikasi serta lebih banyak lulusan magister. Sekolah yang baik itu, memiliki akses akan bahan ajar memadai. Jumlahnya sekitar 31 persen.

Persentase itu jauh di atas rata-rata OECD, yaitu 34 persen siswa belajar di sekolah kurang baik, dan 18 persen di sekolah yang baik.

Iklim sekolah di Tanah Air, juga tidak lebih baik. Sebanyak 41 persen siswa dilaporkan mengalami perundungan beberapa kali dalam sebulan.

Guru juga membutuhkan waktu lebih lama, untuk membuat siswanya diam sebelum memulai pelajaran. Selain itu, sebanyak 21 persen membolos dan 52 persen lainnya datang terlambat ke sekolah.

Laporan OECD tersebut juga menyebut ada korelasi antara perundungan yang dialami dengan siswa yang membolos sekolah.

Laporan PISA itu juga menjelaskan bahwa rata-rata anak Indonesia, masih mempunyai cita-cita yang sama dengan generasi sebelumnya.

Siswa yang memiliki kemampuan dalam matematika, mempunyai cita-cita menjadi insinyur atau ilmuwan.

Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam sains, berharap bisa menjadi dokter. Hanya sekitar satu persen siswa, yang ingin bekerja di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti yang digeluti "Mas Menteri" Nadiem Makarim sebelum menjadi Mendikbud.

Kepala Balitbang Kemendikbud, Totok Suprayitno, mengatakan siswa pada usia 15 tahun belum benar-benar tahu ingin menjadi apa pada masa depan. Meski demikian, Totok sepakat bahwa perlu adanya upaya mengenalkan profesi lain kepada siswa.

Berita terkait

Hardiknas 2024: Jokowi dan Nadiem Makarim Sampaikan Pesan Ini

4 jam lalu

Hardiknas 2024: Jokowi dan Nadiem Makarim Sampaikan Pesan Ini

Apa pesan Presiden Jokowi dan Mendikburistek Nadiem Makarim dalam peringatan Hardiknas 2024?

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Tema Peringatan di 2024

4 jam lalu

Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Tema Peringatan di 2024

Hari Pendidikan Nasional menjadi salah satu hari bersejarah yang juga bertepatan dengan hari ulang tahun bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024, Nadiem Makarim: Merdeka Belajar Munculkan Wajah Baru Pendidikan Indonesia

7 jam lalu

Hardiknas 2024, Nadiem Makarim: Merdeka Belajar Munculkan Wajah Baru Pendidikan Indonesia

Mendikbudristek Nadiem Makarim menyebut kini wajah baru pendidikan dan kebudayaan Indonesia sudah mulai terlihat berkat gerakan Merdeka Belajar.

Baca Selengkapnya

Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

11 hari lalu

Kemendikbudristek Buka Pendaftaran Calon Pendidik Tetap di Malaysia

Tenaga pendidik akan ditempatkan Kemendikbudristek di CLC yang berlokasi di perkebunan atau ladang dengan masa penugasan selama 2 tahun.

Baca Selengkapnya

Soal Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Israel, Begini Tanggapan Menlu Retno Marsudi

12 hari lalu

Soal Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Israel, Begini Tanggapan Menlu Retno Marsudi

Menlu Retno Marsudi tegas menolak normalisasi hubungan Indonesia dengan Israel. Retno menyatakan Indonesia tetap tak terpengaruh oleh tekanan.

Baca Selengkapnya

4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

13 hari lalu

4 Poin Seruan KIKA soal Kasus Kumba Digdowiseiso dan Pelanggaran Akademik

Soal kasus Kumba Digdowiseiso, begini poin seruan KIKA atas kasus pelanggaran akademik.

Baca Selengkapnya

Siap-siap PPDB Online 2024-2025 Segera Dimulai, Begini Caranya

15 hari lalu

Siap-siap PPDB Online 2024-2025 Segera Dimulai, Begini Caranya

Berikut perkiraan tanggal pendaftaran PPDB Online 2024 akan dibuka untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK, beserta alurnya.

Baca Selengkapnya

Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

16 hari lalu

Viral Soal Pakaian Adat Seragam Sekolah, Kota di Sumbar Telah Menerapkannya

Salah satu daerah yang menerapkan kebijakan Permendikbud Ristek soal pakaian adat sebagai seragam sekolah pada waktu tertentu adalah Bukittinggi.

Baca Selengkapnya

Setelah Pramuka Tak Jadi Ekskul Wajib, Kebijakan Kemendikbud Soal Seragam Sekolah Disorot Publik

16 hari lalu

Setelah Pramuka Tak Jadi Ekskul Wajib, Kebijakan Kemendikbud Soal Seragam Sekolah Disorot Publik

Dua kebijakan Kemendikbud dapat sorotan publik, soal Pramuka tak lagi jadi ekskul wajib dan seragam sekolah.

Baca Selengkapnya

Tanggapan Kemendikbudristek Soal Heboh Perubahan Seragam Sekolah, Bagaimana Aturannya?

17 hari lalu

Tanggapan Kemendikbudristek Soal Heboh Perubahan Seragam Sekolah, Bagaimana Aturannya?

Seragam sekolah sempat diisukan alami perubahan, begini respons Kemendikbudristek. Begini bunyi Permendikbudristek soal Seragam Sekolah.

Baca Selengkapnya