Indonesia Power Uji Briket Bio-Coal dari Sampah Eceng Gondok

Rabu, 26 Februari 2020 17:36 WIB

Suasana Keramba Jaring Apung di Waduk Saguling, Desa Tanjung Jaya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 6 Agustus 2015. Produksi ikan air tawar diperkirakan akan mengalami penurunan sekitar 10 persen akibat kekeringan yang terjadi di wilayah Jawa Barat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Bandung - General Manager PT Indonesia Power, Unit Pembangkit Saguling, Rusdiansyah mengatakan, tengah menguji penggunaan briket baru sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Briket itu dibuat dari campuran sampah perairan waduk Saguling dengan tanaman gulma eceng gondok.

“Mirip dengan batubara maka itu kami namakan bio-coal,” kata Rusdiansyah di Bandung, Selasa 25 Februari 2020.

Rusdiansyah mengatakan, petani tambak jaring apung kini tengah diberdayakan untuk memproduksi bio-coal itu. Sudah 40 petani jaring apung yang berada di seputaran waduk Saguling yang mengikuti pelatihan membuat briket untuk memasok pembangkit listrik.

Hasilnya, dari briket-briket itu mampu dibangkitkan listrik 10 kW (Kilo Watt). "Kami gunakan untuk sendiri dulu (listriknya). Dipakai untuk pabrik sendiri, pabrik briket,” kata Rusdiansyah.

Rusdiansyah mengatakan, produksi briket tersebut dibuat dari sampah dan tanaman gulma eceng gondok di perairan waduk Saguling yang terkumpul saat membersihkan waduk. “Dalam sehari kami angkat ke pinggir itu bisa tiga ton. Itu dengan 1 backhoe dan orangnya ada sekitar 10 orang. Ada yang pakai perahu,” kata dia menuturkan.

Advertising
Advertising

Pengelola Waduk Saguling memasang sling, atau tali baja dalam jarak tertentu di hulu waduk untuk menjaring eceng gondok. Sampah yang terbawa aliran air sungai mayoritas tertimbun karena terjebak di bawah rimbun tanaman eceng gondok.

Sampah dan eceng gondok menjadi masalah yang dihadapi sehari-hari oleh pengelola waduk Saguling. Beragam jenis sampah, termasuk plastik ditaksir jumlahnya melebihi 30 ton. Sementara luas tanaman eceng gondok di perairan waduk Saguling sudah menembus 90 hektare. “Kalau dibersihkan seperti itu, bisa 15 tahun selesai,” kata Rusdiansyah.

Rusdiansyah mengatakan, pembuatan briket campuran sampah dan nceng gondok diharapkan bisa jadi solusi penanganan sampah dan tanaman gulma di Waduk Saguling. Produksi briket juga diharapkan bisa menjadi mata pencarian pengganti petani jaring apung yang menanam ikan dengan keramba di perairan waduk.

Keramba yang berada di Waduk Saguling saat ini jumlahnya sudah tembus 35 ribu unit. Itu sudah dianggap melampaui daya dukung waduk. "Kami akan melakukan pengurangan jumlah keramba. Tapi kalau dikurangi, kita harus pikirkan bagaimana mereka bisa hidup. Jadi kita sudah siapkan menjadi petani briket,” kata Rusdiansyah.

Rusdiansyah mengakui, sampah plastik yang jadi campuran briket itu jadi isu tersendiri karena bisa menghasilkan polutan dioksin saat dibakar. Tapi itu tidak menjadi persoalan untuknya. “Dioksin itu terjadi kalau pembakarannya di bawah suhu 800 derajat Celsius. Sedangan boiler kami 1.200 derajat,” kata dia.

<!--more-->

Rusdiansyah mengklaim, hasil pemeriksaan laboratorium menguatkan pembakaran briket di boiler pembangkit tidak menghasilkan polutan dioksin.

Kapasitas produksi pabrik pengolah briket milik Indonesia Power Unit Pembangkit Saguling baru menembus satu ton sehari, berasal dari pengolahan tiga ton campuran sampah dan eceng gondok. Briket tersebut menjadi pemasok boiler, pemanas untuk pembangkit listrik tenaga sampah yang saat ini baru dibangun dengan kapasitas 10 Kilo Watt.

Rusdiansyah mengatakan, pembangkit listrik tenaga sampah dengan bahan baku briket eceng gondok ini salah satu yang dikembangkan untuk menaikkan porsi pembangkit EBT (Energi Baru Terbarukan) yang dibebankan pemerintah pada PLN. “Kami ditarget, untuk PLN Grup untuk EBT di tahun 2025 itu 34 persen,” kata dia.

Rusdiansyah mengatakan, saat ini Indonesia Power Unit Pembangkit Saguling tengah menyiapkan kerja-sama dengan mitranya untuk membangun pembangkit tenaga sampah tersebut yang mulai dibangun 2020 ini. Indonesia Power Unit Pembangkit Saguling tengah bersiap untuk membangun pembangkit dengan kapasitas lebih besar yakni menembus 1 Mega Watt.

“Untuk 1 MW ini kami akan menggandeng mitra yang akan bekerja sama karena nilai investasinya sudah di atas Rp 5 miliar,” kata dia.

Rusdiansyah mengatakan, nilai ekonomi briket enceng gondok tersebut juga menjanjikan karena harga produksinya jauh di bawah harga pembelian batubara muda. “Kita sudah ada hitungannya. Biaya produksi untuk jadi listrik itu sekitar Rp 300-400 per kWh. Untuk 1 kWh itu menggunakan 4 kilogram briket,” kata dia.

Briket enceng gondok ini harga jualnya masih di bawah batubara muda yang biasa digunakan pabrik dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). “Batu bara muda itu harganya sekitar Rp 800-900 per kWh,” kata Rusdiansyah.

Rusdiansyah mengatakan, peminat briket itu juga sudah ada. Briket tersebut bisa digunakan untuk mesin boiler yang dipergunakan oleh pabrik tekstil. “Mereka mampu menyerap itu per harinya bisa 50 ton briket. Sementara pabrik kami baru pilot project, baru 1 ton per hari. Peluangnya masih sangat banyak.”

Rusdiansyah mengatakan, briket tersebut juga sudah dicoba menjadi substitusi batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap. “Dicampur dengan batubara. Penggunaan batubara jadi berkurang karena disubstitusi dengan ini. Jadi co-firing namanya. Komposisinya 70-30, 70 persen batubara, dan 30 persen ini,” kata dia.

Rusdiansyah mengatakan, penggunaan briket juga sudah terbukti mengurangi emisi gas buang. “Yang sudah terbukti kita di PLTU Ciranjang, kita lakukan co-firing di sana, mencampur batu-bara dengan briket bisa menurunkan emisi gas buang. Hasil labnya ada,” kata dia.

Berita terkait

Pilihan Oleh-oleh untuk Kerabat dari Kampung Halaman

17 hari lalu

Pilihan Oleh-oleh untuk Kerabat dari Kampung Halaman

Selain menjadi sarana untuk berbagi kebahagiaan, memberikan oleh-oleh juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan perhatian pada kerabat.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

26 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Setelah Cegah 3 Orang ke Luar Negeri, KPK Panggil Direktur PT Bhatara Titih Sempurna Kasus Korupsi PLN Sumbagsel

29 hari lalu

Setelah Cegah 3 Orang ke Luar Negeri, KPK Panggil Direktur PT Bhatara Titih Sempurna Kasus Korupsi PLN Sumbagsel

KPK memanggil Direktur PT Bhatara Titih Sempurna, Yollid Chollidin, sebagai saksi dalam perkara dugaan korupsi di PT PLN (Persero) UIP Sumbagsel.

Baca Selengkapnya

Kasus Korupsi PLN di PLTU Bukit Asam, KPK Tetapkan Tersangka dan Cegah 3 Orang ke Luar Negeri

44 hari lalu

Kasus Korupsi PLN di PLTU Bukit Asam, KPK Tetapkan Tersangka dan Cegah 3 Orang ke Luar Negeri

KPK mecegah 2 pejabat di PT PLN dan 1 orang pihak swasta pergi ke luar negeri dalam proses penyidikan korupsi PLN ini.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

29 Februari 2024

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Butuh Biomassa untuk PLTU, PLN Tanam 50 Ribu Bibit Pohon di Gunungkidul

23 Februari 2024

Butuh Biomassa untuk PLTU, PLN Tanam 50 Ribu Bibit Pohon di Gunungkidul

Penanaman pohon indigofera oleh PLN menjadi bagian dari program ekonomi hijau di level desa, juga untuk memasok biomassa PLTU.

Baca Selengkapnya

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

12 Februari 2024

Selain Nonton Dirty Vote, Tonton Juga Sexy Killers yang Rilis Sebelum Pemilu 2019

Sebelum Dirty Vote, Dandhy Laksono Lebih Dahulu menggarap Sexy Killers yang tayang ketika masa tenang Pemilu 2019. Dengan kisah berbeda, Sexy Killers lebih membahas persoalan lingkungan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Trend Asia Soroti Hilirisasi Nikel Jokowi Masih Bergantung pada PLTU Batu Bara: Memperburuk Kualitas Udara

29 Januari 2024

Trend Asia Soroti Hilirisasi Nikel Jokowi Masih Bergantung pada PLTU Batu Bara: Memperburuk Kualitas Udara

Trend Asia mengungkapkan kebijakan hilirisasi industri nikel yang digadang-gadang Presiden Jokowi masih bergantung pada PLTU batu bara.

Baca Selengkapnya

Studi Celios Sebut Pensiun PLTU Batu Bara Bersamaan Percepatan Pembangkit EBT Berkontribusi ke Ekonomi Nasional hingga Rp 82,6 T

25 Januari 2024

Studi Celios Sebut Pensiun PLTU Batu Bara Bersamaan Percepatan Pembangkit EBT Berkontribusi ke Ekonomi Nasional hingga Rp 82,6 T

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara memberi dampak positif ke sektor perekonomian.

Baca Selengkapnya

Isu Batu Bara Tak Banyak Dibahas Dalam Debat Cawapers, Greenpeace: Patut Dipertanyakan

23 Januari 2024

Isu Batu Bara Tak Banyak Dibahas Dalam Debat Cawapers, Greenpeace: Patut Dipertanyakan

Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menyoroti isu energi yang dibahas dalam Debat Cawapres pada Ahad, 21 Januari 2024 lalu.

Baca Selengkapnya