Ahli: Tradisi Makan Sirih Pinang Papua Berpotensi Sebarkan Corona

Senin, 23 Maret 2020 19:58 WIB

Pinang hutan dan akar sirih hutan yang ditemukan di sekitar gua prasejarah di Andarewa, Fakfak, Papua Barat, Agustus 2019. Diduga pinang dibawa bangsa Austronesia 3.000 tahun lalu. (Hari Suroto/Balar Papua)

TEMPO.CO, Jakarta - Tradisi memakan sirih pinang di Papua dinilai berpotensi menyebarkan virus corona COVID-19 karena kebiasaan membuang air liur di sembarang tempat. Tradisi tersebut sudah dikenal sejak 3.000-an tahun lalu.

Menurut arkeolog dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, tradisi ini diperkenalkan oleh orang Austronesia yang datang dan tinggal di pesisir utara Papua dan pulau-pulau kecil di lepas pantai Papua. “Untuk terus melestarikannya di tengah wabah virus harus diarahkan agar tidak membuang ludah sembarangan,” katanya melalui pesan elektronik, Senin, 23 Maret 2020.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan terus menggaungkan agar menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih untuk mencegah penyebaran virus corona, termasuk melarang membuang ludah sembarangan karena penyebaran virus tersebut melalui droplet atau butiran (percikan) batuk, bersin dan air liur.

Hari juga memberikan data bahwa di Papua sampai saat ini belum ada kasus terinfeksi virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, Cina itu. Hanya saja, ada sembilan pasien dalam pengawasan yang masih dirawat dan 772 orang dalam pemantauan.

Hari menyarankan agar masyarakat yang mengkonsumsi sirih pinang agar membuang ludahnya ke dalam plastik. “Sehabis mengunyah pinang, ludah pinang dibuang dalam bungkus plastik, plastiknya digandakan, setelah itu dimasukkan dalam tempat sampah,” kata dia.

Advertising
Advertising

Dosen arkeologi di Universitas Cendrawasih itu menerangkan, melarang masyarakat makan pinang adalah hal yang tidak mungkin karena buah pinang hasil panen biasanya dijual oleh mama-mama (ibu-ibu) Papua untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Saat ini, Hari yang merupakan sarjana arkeologi lulusan Universitas Udayana, Bali itu mengatakan, aturan larangan membuang ludah pinang sembarangan baru diberlakukan di rumah sakit dan bandara. Sedangkan di tempat umum lainnya belum dilakukan.

“Untuk itu sangat perlu dibuat peraturan daerah agar tidak boleh membuang ludah pinang secara sembarangan di tempat umum. Di Papua, mengunyah pinang merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh anak kecil hingga orang dewasa,” tutur Hari.

Dia menambahkan, mengunyah sirih pinang sudah menjadi gaya hidup sehari-hari dan bagian dalam budaya Papua yang perlu dilestarikan. "Namun yang perlu dihilangkan adalah kebiasaan membuang ludah pinang sembarangan," ujar Hari menegaskan.

Berita terkait

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

1 jam lalu

Usai Penembakan oleh OPM, Polda Papua: Situasi Paniai Sudah Aman

Polda Papua menyatakan situasi di Kabupaten Paniai kembali aman paska penembakan OPM terhadap anggota TNI yang berpatroli.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

12 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

12 jam lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

13 jam lalu

Jepang Kucurkan Bantuan untuk Petani Skala Kecil di Papua

Bantuan Jepang ini ditujukan untuk meningkatkan kehidupan petani skala kecil dan usaha perikanan di Papua

Baca Selengkapnya

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

17 jam lalu

Kata Warga soal Permintaan TPNPB-OPM untuk Tinggalkan Kampung Pogapa Intan Jaya: Konyol Itu

Masyarakat Intan Jaya, Papua Tengah, menolak permintaan TPNPB-OPM untuk meninggalkan kampung Pogapa, Intan Jaya, yang merupakan daerah konflik.

Baca Selengkapnya

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

18 jam lalu

Alasan TPNPB Bakar Gedung SD Inpres Papua: Digunakan Militer Indonesia

TPNPB mengaku bertanggung jawab atas pembakaran sebuah gedung SD Inpres Pogapa di Distrik Homeyo, Intan Jaya, Papua

Baca Selengkapnya

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

20 jam lalu

TNI Benarkan Ada Serangan TPNPB, Bantah Ada Prajurit yang Luka

Kodam XVII/Cenderawasih membenarkan ada serangan dari TPNPB kepada Satgas Yonif 527/BY yang sedang berpatroli di Kampung Bibida, Paniai, Papua

Baca Selengkapnya

Dua Hari Serangan TPNPB, TNI-Polri akan Tambah Pasukan di Intan Jaya

21 jam lalu

Dua Hari Serangan TPNPB, TNI-Polri akan Tambah Pasukan di Intan Jaya

TNI-Polri akan kirim pasukan tambahan imbas serangan TPNPB pada 30 April dan 1 Mei 2023 di Intan Jaya

Baca Selengkapnya

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

22 jam lalu

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

TPNPB-OPM menyatakan menembak empat anggota aparat gabungan TNI-Polri. Penembakan itu terjadi pada Rabu, 1 Mei 2024. Keempat orang itu ditembak saat mereka sedang berpatroli.

Baca Selengkapnya