Amerika Susun Draf Pakta Artemis untuk Tambang di Bulan

Reporter

Antara

Kamis, 7 Mei 2020 03:00 WIB

Wajah bulan sesungguhnya yang dipenuhi luka, akibat serbuan metorit. Bartosz menggabungkan 32.000 foto permukaan bulan, ia memotret dari atas balkon Piekary Iskie, Polandia, menggunakan alat fotografi khusus senilai 3.500 dollar. Menghabiskan waktu selama 6 jam di depan komputer, untuk menggabungkan 32.000 foto, 22 Mei 2015. Dailymail

TEMPO.CO, Washington - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan sedang menyusun landasan hukum untuk kegiatan tambang di bulan. Landasan hukum disusun melalui perjanjian internasional yang dinamakan "Artemis Accord" (Pakta Artemis).

Perjanjian usulan AS itu akan jadi upaya terbaru Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menggalang dukungan untuk misi menempatkan manusia dan stasiun ruang angkasa di bulan pada beberapa dasawarsa mendatang. Langkah itu turut menunjukkan pesan NASA mulai memainkan peran aktif menerapkan kebijakan luar negeri AS.

Walaupun demikian, draf resmi buatan AS itu belum dibagikan ke negara-negara mitra. Rencananya, sejumlah pejabat AS akan merundingkannya secara resmi dengan negaa-negara seperti Kanada, Jepang, negara-negara Eropa, serta Uni Emirat Arab pada beberapa minggu mendatang.

Sejumlah sumber Reuters mengatakan, AS kemungkinan akan membuka pembicaraan hanya dengan negara yang sepaham mengenai rencana penambangan di bulan. Sedang Rusia, mitra utama NASA di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), kemungkinan tidak akan dijadikan mitra dalam rencana tersebut, kata beberapa sumber.

Rusia ditepikan dengan alasan Pentagon telah menghadapi sejumlah manuver berbahaya Moskow terhadap satelit mata-mata AS yang mengorbit Planet Bumi.

"The Artemis Accord", perjanjian internasional yang meminjam nama misi ke bulan NASA, mengusulkan penetapan "zona aman" yang mengelilingi bulan di masa depan. Zona aman itu dibuat demi mencegah konflik antarnegara atau antarperusahaan yang beroperasi dalam jarak dekat di bulan.

Amerika Serikat, anggota Perjanjian Luar Angkasa 1967, beranggapan "zona aman" di bulan sebagai penerapan salah satu poin perjanjian itu yang banyak diperdebatkan. Poin itu menyebutkan benda langit dan bulan tidak dapat dikuasai lewat klaim kedaulatan, pendudukan/penjajahan, atau cara lainnya.

"Perjanjian itu bukan upaya mengklaim teritori (bulan, red)," kata seorang sumber yang enggan disebut namanya.

Aturan mengenai zona keselamatan kemungkinan dibuat dengan mengizinkan adanya koordinasi antarpemangku kepentingan sehingga mereka secara teknis tidak perlu mengklaim kedaulatan negara di wilayah tertentu. Zona keselamatan itu rencananya dibuat dengan luas bervariasi tergantung jenis dan besaran kegiatan.


Sumber: REUTERS

Berita terkait

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

47 menit lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

1 jam lalu

Gedung Putih Minta Rusia Dijatuhi Sanksi Lagi karena Kirim Minyak ke Korea Utara

Gedung Putih menyarankan agar Rusia dijatuhi lagi sanksi karena diduga telah secara diam-diam mengirim minyak olahan ke Korea Utara

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

10 jam lalu

Mahasiswa Pro-Palestina dan Pro-Israel Bentrok di Kampus di AS, Ini Profil UCLA

Profil kampus UCLA tempat bentrok demo mahasiswa pendukung alias Pro-Palestina dengan pendukung Israel

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

14 jam lalu

Sejarah dan Arti Elemen-elemen dalam Bendera Korea Selatan

Bendera Korea Selatan memuat arti tanah (latar putih), rakyat (lingkaran merah dan biru), dan pemerintah (empat rangkaian garis atau trigram hitam).

Baca Selengkapnya

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

15 jam lalu

Brown Jadi Universitas AS Pertama yang Pertimbangkan Divestasi dari Israel

Pengunjuk rasa pro-Palestina dan anti-Israel membersihkan perkemahan di kampus setelah mencapai kesepakatan dengan administrasi universitas Brown.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

18 jam lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

18 jam lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

21 jam lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

22 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

23 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya