Peneliti Kanada: Hydroxychloroquine Tak Efektif Untuk Covid-19

Jumat, 5 Juni 2020 07:15 WIB

Hydroxychloroquine. Obat malaria dan radang sendi ini di antara sejumlah obat yang diuji klinis kepada pasien Covid-19 di sejumlah negara. ANTARA/Shutterstock/am

TEMPO.CO, Jakarta- Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan University of Minnesota, Kanada, menunjukkan bahwa obat malaria hydroxychloroquine tidak efektif dalam mencegah pasien dari penularan virus corona Covid-19. Penelitian itu diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine.

Penulis utama penelitian ini David R. Boulware memberikan pesan kepada masyarakat umum bahwa obat tersebut tidak efektif. " Hydroxychloroquine bukanlah terapi pencegahan yang efektif untuk Covid-19," ujar Boulware , dari University of Minnesota, seperti dikutip Fox News, Kamis, 4 Juni 2020.

Setelah beberapa bulan pendemi SARS-CoV-2 ini menyebar di seluruh dunia, pemerintah dan lembaga kesehatan di berbagai negara bergegas mencari cara untuk membendung infeksi dengan perawatan obat yang ada.

Studi awal, khususnya di Perancis dan Cina, menyarankan penggunaan hydroxychloroquine dalam kombinasi dengan antibiotik dapat mempercepat pemulihan. Hal itu juga didukung oleh Presiden Donald Trump, bahkan mengklaim telah menggunakannya untuk membantu mencegah infeksi.

Penelitian University of Minnesota menggunakan 821 peserta yang mungkin terpapar virus, yaitu petugas kesehatan dan orang-orang yang mungkin terpapar anggota keluarga yang terinfeksi. Tak satu pun dari peserta, mulai dari usia 33 hingga 50, menunjukkan gejala dan tidak menunjukkan masalah kesehatan yang mendasarinya.

Dalam empat hari paparan, peneliti secara acak memberikan hydroxychloroquine atau plasebo. Hasilnya, peneliti menemukan hydroxychloroquine tidak mencegah penyakit yang kompatibel dengan Covid-19 atau infeksi yang dikonfirmasi ketika digunakan sebagai profilaksis setelah tertular dalam waktu empat hari setelah paparan.

Perhatian terbesar dalam menggunakan obat ini adalah daftar efek samping yang mungkin terjadi, dengan fokus khusus pada kemungkinan gagal jantung, bronkospasme ringan atau berat, atau pikiran untuk bunuh diri. Studi ini menemukan bahwa lebih banyak peserta--sekitar 17-40 persen--kemungkinan menderita efek samping, tapi tidak ada yang menunjukkan efek yang lebih serius.

Dukungan presiden Trump terhadap obat tersebut mengarah pada penelitian yang dilakukan oleh Food and Drug Administration (FDA) mengenai keefektifan obat tersebut. Studi ini tidak membahas apakah hydroxychloroquine dapat mencegah infeksi jika digunakan sebelum tertular, tapi studi lain membahas kemungkinan itu.

Namun, peneliti dari Vanderbilt University, Amerika Serikat, William Schaffner yang ikut terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa yang dia lakukan adalah uji coba terkontrol acak yang besar dan dilakukan oleh orang-orang ahli di bidangnya. "Hasilnya hydroxychloroquine tidak memberikan keuntungan yang penting," kata Schaffner.

FOX NEWS | NEW YORK TIMES

Berita terkait

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

6 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

17 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

23 jam lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

7 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya