Peneliti Lapan Temukan Faktor Penyebab Banjir Besar Jakarta
Reporter
Anwar Siswadi (Kontributor)
Editor
Erwin Prima
Sabtu, 20 Juni 2020 09:31 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Bandung, Erma Yulihastin, menemukan penyebab beberapa banjir besar di Jakarta. Menurutnya ada tiga faktor penyebab, seperti hujan dini hari, anomali kondisi atmosfer serta Laut Jawa dan Laut Cina Selatan.
Hasil riset tersebut mengantarkan peneliti berusia 40 tahun itu meraih gelar doktor dengan predikat Cum Laude pada Program Studi Sains Kebumian di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Erma mempertahankan disertasi doktoralnya yang berjudul ”Variasi Fase Siklus Diurnal Curah Hujan di Pesisir Utara Jawa Bagian Barat dan Kaitannya dengan Fenomena Cross Equatorial Northerly Surge (CENS)-Cold Tongue (CT), Jumat, 19 Juni 2020, di Gedung Rektorat ITB.
Dalam disertasi itu Erma melakukan sintesis terhadap tiga fenomena, yaitu hujan dini hari di kawasan pesisir, CENS, dan CT, yang ternyata saling berkaitan satu sama lain.
Menurutnya, hujan dini hari yang terjadi di kawasan pesisir merupakan suatu persoalan riset penting. “Karena telah memberikan pengetahuan baru mengenai karakteristik hujan diurnal atau hujan dalam rentang waktu 24 jam di kawasan pesisir,” katanya lewat keterangan tertulis, Jumat malam, 19 Juni 2020.
Lewat risetnya dia membuktikan frekuensi kejadian hujan pagi hari di pesisir utara Jawa bagian barat terjadi signifikan, yaitu 45 persen. Selain itu hujan dini hari di pesisir juga telah dibuktikan secara statistik memiliki keterkaitan dengan hujan ekstrem yang selama ini memicu banjir-banjir besar di DKI Jakarta seperti pada 2002, 2004, 2007, 2008, 2013, dan 2014. Pun banjir besar pada awal tahun ini yang dipicu oleh hujan ekstrem pada dini hari.
Erma menjelaskan kejadian hujan dini hari yang ekstrem itu ternyata disebabkan oleh anomali yang terjadi di permukaan atmosfer dan laut di wilayah Laut Jawa dan Laut Cina Selatan yang berlokasi di utara Jakarta.
Anomali di atmosfer yang dikenal dengan istilah CENS itu tampak dari lonjakan aliran angin permukaan yang kuat dari Laut Cina Selatan dan mengalami penetrasi kuat hingga mencapai pesisir utara Jawa bagian barat termasuk wilayah Jakarta.
“Selama ini CENS berperan utama dalam memicu aktivitas konveksi kuat yang membangkitkan hujan ekstrem penyebab banjir-banjir besar di Jakarta,” kata Peneliti Sains Atmosfer dengan Bidang Kepakaran Klimatologi dan Perubahan Iklim Lapan Bandung itu.
Efek CENS ternyata juga dapat diperkuat oleh fenomena CT, yaitu berupa aliran massa air dingin dari Laut Cina Selatan dekat pesisir barat Vietnam dan menjalar ke Laut Jawa sebagai suhu permukaan laut mendingin.
Menurutnya, CT yang terjadi bersamaan dengan CENS dapat memperparah kejadian hujan ekstrem pada dini hari. Hasil riset itu bisa menjadi acuan untuk peningkatan akurasi sistem peringatan dini cuaca ekstrem DKI Jakarta. “Indeks CENS-CT tidak hanya perlu dimonitor terus menerus secara real time tapi juga diprediksi hingga lima hari mendatang.”
ANWAR SISWADI