Facebook Bagi Data ke PBB untuk Penyelidikan Genosida di Myanmar

Rabu, 26 Agustus 2020 20:12 WIB

Pengungsi Rohingya, yang melintasi perbatasan dari Myanmar dua hari sebelumnya, berjalan setelah mereka mendapat izin dari tentara Bangladesh untuk melanjutkan ke kamp-kamp pengungsi, di Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh 19 Oktober 2017. Bulan ini menandai peringatan kedua tentang pelarian lebih dari 730.000 Rohingya dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar barat laut ke Bangladesh setelah tindakan keras pimpinan militer dalam menanggapi serangan oleh gerilyawan Muslim di pos-pos polisi Myanmar. REUTERS / Jorge Silva / File Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Facebook telah berbagi data dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyelidiki kejahatan internasional militer Myanmar untuk menghentikan ujaran kebencian terhadap etnis Rohingya. Hal itu disampaikan oleh seorang perwakilan dari Facebook kepada Reuters bahwa data tersebut berasal dari halaman dan akun yang telah dihapus pada 2018.

Data tersebut untuk melengkapi Mekanisme Investigasi Independen tentang Myanmar (IIMM), tapi tidak dijelaskan secara rinci isinya. "Saat penyelidikan ini berlanjut, kami akan terus berkoordinasi dengan PBB untuk memberikan informasi yang relevan saat mereka menyelidiki kejahatan internasional di Myanmar," kata perwakilan yang tidak disebutkan namanya itu, Selasa 25 Agustus 2020.

Myanmar menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakan militer 2017 terhadap Rohingya yang memaksa 730 ribu orang melarikan diri ke Bangladesh. Namun, pemerintah Myanmar membantah genosida dan mengatakan pasukannya melakukan operasi yang sah terhadap militan yang menyerang pos polisi.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB membentuk IIMM pada 2018 untuk mengumpulkan bukti kejahatan internasional di Myanmar. Penyelidik PBB mengatakan Facebook telah memainkan peran kunci dalam menyebarkan ujaran kebencian yang memicu kekerasan tersebut.

Pemimpin Tim Pencari Fakta PBB Marzuki Darusman (kiri) dan advokat HAM Christopher Sidoti (kanan), merilis laporan bagaimana bisnis militer Myanmar yang menyokong pelanggaran HAM terhadap etnis Rohingya, selama konferensi pers di Jakarta, 5 Agustus 2019.[Tempo/Eka Yudha Saputra]



Pada 2018, media sosial besutan Mark Zuckerberg itu mengatakan telah menghapus 18 akun dan 52 halaman yang terkait dengan militer Myanmar, tapi masih menyimpan datanya. Kepala IIMM mengatakan kepada Reuters bulan ini bahwa Facebook belum merilis bukti kejahatan internasional serius kepada lembaga itu.

Baca juga:
Sejarah Islam, Filolog UIN Jakarta: Turki Utsmani Bukan Kekhalifahan Kenabian

Dia baru mengkonfirmasi pada Selasa bahwa PBB telah menerima kumpulan data pertama yang sebagian sesuai dengan permintaan sebelumnya. "Saya berharap ini menandakan langkah maju lebih lanjut menuju hubungan kerja sama yang akan memungkinkan kita mengakses bukti penting yang relevan dari kejahatan internasional serius," kata Kepala IIMM kepada Reuters melalui email.

REUTERS

Advertising
Advertising

Berita terkait

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

9 jam lalu

Lima Perusahaan AS Kena Sanksi Iran karena Terlibat Genosida Gaza

Iran memberikan sanksi kepada perusahaan-perusahaan AS, individu-individu, yang terlibat dalam genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

14 jam lalu

Fakta tentang Gustavo Petro, Presiden Kolombia, Pembela Hak-hak Palestina

Kolombia pernah berhubungan akrab dengan Israel, tetapi Gustavo Petro, sang presiden, tidak pernah menahan diri untuk mengkritik negara Zionis itu.

Baca Selengkapnya

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

17 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

1 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

1 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

2 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

2 hari lalu

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

Jaksa dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dilaporkan telah mewawancarai staf dari dua rumah sakit terbesar di Gaza

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

3 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

3 hari lalu

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

Penulis Palestina Basim Khandaqji, yang dipenjara 20 tahun lalu di Israel, memenangkan hadiah bergengsi fiksi Arab pada Ahad

Baca Selengkapnya