Terungkap, Asal Sebenarnya Sampah Antariksa Terdampar di Pantai Kalimantan

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 9 Januari 2021 06:52 WIB

Update final identifikasi sampah antariksa yang ditemukan di pantai selatan Kalimantan Tengah pada Senin 4 Januari 2021. Badan Antariksa Nasional Cina mengkonfirmasi kepemilikannya tapi itu bukan badan roket. (LAPAN)

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN kembali mengkoreksi hasil identifikasinya terhadap benda asing sampah antariksa yang ditemukan di perairan pantai selatan Kalimantan Tengah pada awal pekan ini. Dua kali analisis sebelumnya terbukti keliru semua setelah Badan Antariksa Nasional Cina (CNSA) memberi konfirmasi bahwa benda tersebut bukanlah bagian dari badan roket yang sudah mengorbit, melainkan payload fairing.

Payload fairing adalah bagian dari sebuah roket yang berfungsi melindungi muatan, seperti satelit, dari panas akibat tekanan di atmosfer. Bagian ini tidak ikut mengorbit karena sudah akan dilepaskan dan jatuh lagi ke Bumi begitu roket hendak memasuki ruang antariksa.

Baca juga:
Bukan Cuma dari Cina, Sampah Antariksa Melayang di Atas Indonesia

"Ini update final sampah antariksa yang ditemukan di pantai selatan Kalimantan Tengah," kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin via aplikasi pesan WhatsApp kepada Tempo, Jumat malam 8 Januari 2021. "Gambar lengkap dari Tim Evakuasi dan CNSA melengkapi informasi dan mengkoreksi hasil analisis sebelumnya."

Thomas memaparkan bahwa payload fairing yang dimaksud berasal dari roket Long March/CZ-8 yang meluncur ke antariksa dari Wenchang Space Launch Center di Hainan, Cina, pada 22 Desember 2020. Bagian pelindung itu dilepaskan dan jatuh saat roket meluncur di atas perairan sebelah barat laut Kalimantan, tepatnya sekitar Laut Cina Selatan- Laut Natuna Utara, yang termasuk wilayah laut internasional.

Advertising
Advertising

Karena ringan--terbuat dari bahan plastik yang diperkuat sehingga bisa terapung di laut--pecahan dari payload fairing itu diduga terbawa arus laut menuju Selat Karimata dan ke Laut Jawa. Sebelum akhirnya terdampar di pantai Teluk Kramat, Kotawaringin Barat, Kalimantan Selatan. "Tidak diketahui waktu terdamparnya di pantai, namun warga menemukan, kabarnya, pada 4 Januari 2021," kata Thomas menambahkan.

Berbeda dengan sampah antariksa dari roket yang sudah mengorbit, Thomas menjelaskan, payload fairing sebenarnya lebih jelas kapan dan di mana akan jatuh. Otoritas peluncuran pun, ditambahkannya, wajib menginformasikan kepada pihak-pihak terkait karena potensi bahaya dari kejatuhan benda ini juga lebih jelas: potensi tabrakan dengan pesawat terbang dan kapal laut.

"Itu sebabnya otoritas peluncuran harus menginformasikan kepada otoritas penerbangan (dengan Notam atau notice to airmen) dan otoritas pelayaran (Notmar atau notice to mariners) terkait," kata Thomas lagi.

Sayang, Thomas tak menjawab detail saat ditanya apakah notifikasi itu juga telah diterima sebelum kejatuhan benda milik CNSA itu membikin heboh di Kalimantan Tengah tersebut. Dia hanya menulis, "Notifikasi semestinya sebelum peluncuran 22 Des 2020."

Tim gabungan bersama warga Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah melakukan pengecekan benda atau serpihan yang diduga bangkai pesawat terbang yang ditemukan di perairan Kumai, Selasa, 5 Januari 2021. Kredit: ANTARA/HO-Humas Polda Kalteng

Seperti diketahui, dalam dua kali analisis sebelumnya LAPAN menyatakan kalau benda asing bertulisan CNSA itu adalah bangkai dari roket Cina. Yang pertama menyebutkan bagian dari roket yang meluncurkan Satelit Navigasi Beidou, jatuh pada Senin 4 Januari. Belakangan roket itu didapati masih utuh mengorbit sehingga dilakukan analisis yang kedua dan menunjuk roket pengantar satelit observasi Bumi, Geofen-13, yang jatuh pada Sabtu sepekan lalu.

Baca berita sebelumnya:
LAPAN Koreksi Bangkai Roket Cina Jatuh di Kalimantan, Ini Datanya

Analisis yang pertama dilakukan terhadap benda-benda antariksa yang melintas di atas wilayah Kalimantan pada 4 Januari, sedang yang kedua menelusuri sampah antariksa yang jatuh ke Bumi mundur lagi beberapa hari. "Analisis-analisis sebelumnya dikoreksi karena ternyata objek itu bukan badan roket, tetapi hanya fairing)," kata Thomas menanggapi dua kekeliruan itu.

Berita terkait

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

47 menit lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

9 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

13 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

13 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

14 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

2 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya