Elizabeth A. Widjaja, peneliti botani di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, mengungkapkan itu di sela-sela lokakarya tentang riset pengembangan bahan bakar hayati (biofuel) yang berkelanjutan di Hotel Sultan, Kamis (5/2).
“Lihat ini semua, saya beli dari Cina yang membuatnya dari bambu,” katanya menunjuk pakaian yang dikenakannya.
Dalam lokakarya yang digagas Cooperation for Development dan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia itu sendiri Elizabeth menawarkan bambu lebih jauh sebagai alternatif sumber biofuel. Kandungan minyak pada batang dan ranting-ranting jenis tanaman ini, menurut Elizabeth, sebesar 57 persen dari total biomassa. Cukup tinggi.
Indonesia memiliki 10 persen dari 1500 spesies bambu di dunia. “Sumbernya yang melimpah dan pengerjaannya yang mudah semestinya membuat penelitian pemanfaatan bambu untuk biofuel jadi lebih murah,” kata Elizabeth.
Alasan itulah yang membuat Elizabeth mencoba merayu Balai Besar Industri Agro milik Departemen Perindustrian di Bogor untuk tidak 'cuma' meneliti pemanfaatan bambu untuk arang. Sedang sejak pertengahan 1980-an ia juga sudah mendorong pemerintah melalui departemen kehutanan untuk lebih giat memanfaatkan bubur bambu sebagai bahan baku kertas. "Bambu adalah hasil hutan nonkayu," katanya menambahkan.
(WURAGIL)